Salah satu keuntungan jadi guru bahasa Inggris adalah kesempatan luas untuk mengidentifikasi kesalahan yang pada gilirannya dapat digunakan untuk berfokus pada koreksi terhadap kesalahan umum yang perlu segera dibenahi.
‘Yes’ dan ‘no’ adalah dua kata Inggris pertama yang dikenal orang Indonesia. Bahkan para ibu muda kini suka pakai ‘No’ bilang si anak melakukan sesuatu yang tak benar. “No…no…no,” seru seorang ibu muda ketika putra kesayangan mendorong putra saya, pas saya jemput putra saya saat bubaran sekolah.
Tapi bukan itu yang hendak saya bahas. Saya ingin berbincang tentang salah pakai ‘yes-no’ dalam kancah percakapan. Ayo kita simak contoh ini. Antara native speaker (A) dengan seorang pelajar (B)
Contoh 1
A : “You didn’t do your homework?”
B : “Yes, I didn’t do it. I was too busy. I am sorry”
Contoh 2
A : “English grammar is not easy, is it?”
B : “Yes, it is not easy. It is very difficult”
Dalam dua contoh di atas, jawaban si B salah. Jawaban itu akan benar bila masing-masing ‘yes’ diganti ‘no’. Si B membuat kesalahan tak disengaja, karena terpengaruh cara jawab dalam bahasa Indonesia “Ya, saya tidak mengerjakan PR”, “Ya, tatabahasa Inggris tidak mudah”.
Kebiasaan dalam bahasa Indonesia untuk menjawab ‘ya’ sebagai penegasan (konfirmasi) atas suatu fakta yang disampaikan penanya memang sudah biasa. Pertanyaan bernada negatif, “Kamu tidak jadi berangkat sekarang?” kebanyakan akan dijawab, “Ya, tidak jadi”; jawaban positif untuk menegaskan fakta negatif.