Itthipat Kulapongvanich, soerang pemuda Thailand tak akan pernah menyangka dirinya bakal menjadi seorang milyuner di usia 26 tahun saat ini. Ia adalah CEO dan President Direktur Tao Kae Noi Food & Marketing, sebuah perusahaan kripik rumput laut Thailand yang produknya tersebar di 27 negara.
[caption id="attachment_191150" align="aligncenter" width="330" caption="Ittipat Kulavongvanich (Top) dengan produk kripik (foto : www.wowdram4.blogspot.com)"][/caption]
Semula ayah dan ibu Top, demikian nama panggilan Ittipat, melihat anak keduanya ini adalah pemuda pemalas yang suka menghambur-hamburkan uang dan tidak punya minat apapun kecuali game online. Di sekolah, pada saat pelajaran pelajaran komputer cara mengoperasikan MSWord, ia malah main game. Di kamarnya, empat set komputer ia gunakan untuk ngegame.
Top mulai sadar bisnis pada tahun 2004 manakala fitur-fitur di game online dibeli orang. Dari game online ini ia mulai meraup banyak uang yang ia bisa gunakan untuk membeli sebuah mobil Mazda seharga 700.000 baht (Rp 210 juta). Ketika pedagang mobil bertanya bagaimana anak semuda dia bisa beli mobil mewah, ia bilang, “saya dagang senjata”.
Top makin malas sekolah dan makin getol ngegame. Sialnya, business game-online itu harus terhenti karena alasan hukum. Terlanjur terbiasa punya uang, Top mulai berpikir bisnis. Ia gunakan sisa uang yang ada untuk membeli sejumlah DVD player bajakan dan menjualnya kembali. Produk bajakan ini ternyata rusak dan ia rugi.
Ia memutar otak lagi, kali ini pikirannya terdampar pada bisnis jual kacang goreng. Ia keliling kota dan mengamati serta mewawancara pedagang kacang goreng, dilanjut dengan menyewa mesin pemroses kacang goreng dan berjualan di mall.
Bisnis kacang ini tak bisa lanjut karena sewa gerai habis masa lakunya. Orangtua Top sendiri mulai mendapat kesulitan bisnis dan harus menanggung hutang bank sebesar 40 juta baht (Rp 1,2 milyar). Kedua orangtua Top harus pindah ke Cina untuk cari kehidupan baru, dan Top tak mau diajak serta karena ia masih terobsesi bisnis.
Pacar Top, namanya Lin, kebetulan baru dapat kiriman kripik rumput laut (seaweed) dari Propinsi Rayong. Top mulai tertarik memproduksi kripik. Untuk memodali usaha kripik, ia menggandaikan jimat (semua orang Thailand punya Jimat) senilai 100.000 baht (Rp 30 juta).
Perjalanan bisnis kripik tak semulus yang ia duga. Rumput laut yang ia goreng rasanya pahit. Uang 100.000 baht ludes hanya untuk kulakan rumput laut, dan pamannya yang selama ini membantu Top jatuh sakit.
Cahaya terang mulai menyinari Top ketika ia menggoreng bungkus terakhir rumput laut yang ternyata lebih enak dan gurih. Bungkus terakhir itu tadinya terserak di lantai dan kena hujan selama beberapa hari. Inilah ternyata rahasia sukses cita rasa kripik rumput lautnya.
Masalah berikutnya adalah pemasaran produk kripik. Semalaman ia berjalan mencari gagasan dan titik terang ia dapatkan dari jaringan toko 7-11 (Seven Eleven). Ia kemudian membuat janji ketemu dengan Bu Pu, di bagian pengadaan jaringan 7-11 seluruh Thailand di Bangkok. Kripik produk Top ternyata ditolak oleh 7-11 karena alasan kemasan dan tingginya harga. Top tak kurang akal, ia desain ulang kemasan kripiknya dan membuat janji temu lagi dengan Bu Pu. Tapi, ternyata Bu Pu tak bisa menemui Top karena kesibukannya. Putus asa, Top memberikan semua kripik sample pada Satpam 7-11. Satpam itulah yang kemudian membagi-bagikan sample kripik ke sejumlah karyawan dan 1 bungkus kripik sampai ke tangan Bu Pu.
Top dipanggil untuk menjelaskan ulang kripiknya dan ia beroleh kontrak 72.000 bungkus kripik untuk didistribusikan ke 6.000 cabang 7-11 di seluruh dunia, dengan catatan TOP harus memenuhi setidaknya 80% pesanan, harus punya pabrik dan pabriknya nanti akan diperiksa untk menetapkan GMP (Good Manufacturing Product). Tentu saja Top bingung.
Untung ayahnya masih punya gudang kecil. Gudang ini ia sulap menjadi pabrik sederhana. Waktu diperiksa oleh tim GMP 7-11, ketahuan banyak hal di pabrik itu yang kurang memenuhi syarat, antara lain soal kebersihan. Top berjanji untuk mengoreksi kekurangan itu. Beberapa saat kemudian ia memperoleh kiriman faxdari 7-11 bahwa produknya diterima.
Kisah Top memang telah menginspirasi dunia. Kini Top memiliki pabrik dengan jumlah 2.500 karyawan, punya usaha pembibitan rumput laun di Korea selatan dan produk kripik rumput laut dengan nama Tao Kae Noi (Pengusaha Muda) dinikmati orang di seluruh dunia. Dalam waktu 2 tahun sejak produknya dipasarakan 7-11, ia sudah bisa melunasi hutang ayahnya yang sebesar 40 juta baht itu dan punya penghasilan 1,500 juta baht (Rp 4,5 triliun) pertahun.
Kisah Top diangkat menjadi sebuah film berjudul THE BILLIONAIRE a.k.a TOP SECRET, dengan bintang Pachara Chrathivat, produksi GMM Thai Hub, dan dirilis pada 20 Oktober 2011. Sebagai orang muda, dan satu-satunya milyuner muda di Thailand, kegigihan Top sungguh menginspirasi. Film the Billionaire dikemas dalam kisah bolak-balik (flash-back) berdasarkan urutan curhat Top kepada petugas bagian kredit di bank Top sebagai pemuda gigih, dalam film itu digambarkan melalui bagaimana ia meluangkan masa muda dengan bekerja keras dan tidak hura-hura belaka seperti pemuda lainnya. Ada pula adegan di mana ia membuat dekan fakultas pertanian Universitas Katsertsat di Bangkok menangis setelah Top sungguh-sungguh memohon sang dekan untuk menunjukkan cara agar produk kacangnya tidak cepat busuk di dalam kemasan.
[caption id="attachment_191151" align="aligncenter" width="200" caption="Film The Billionaire dengan bintang Pachara Chirativat (foto : www.blitzmegaplex.com)"]

Sebagai sebuah tontonan, film the Billionaire memang layak simak, terutama oleh generasi muda untuk membangkitkan semangat kemandirian dan pantang menyerah. Film berdurasi 2 jam ini ditutup dengan kutipan pesan Top. “Pantang Mundur apapun yang terjadi. Kalau kita menyerah, habislah kita”
Oh ya, trailer film The Billionaire bisa disimak di sini.
Versi utuh film ini dengan sub-titles berbahasa Inggris bisa pula diunduh dengan mudah. Sungguh saya menyarankan agar para pendidik generasi muda di negeri kita bisa pula memanfaatkan film ini; agar terinspirasi oleh kisah kegigihan pemuda dan buat ajang belajar bahasa Inggris.
Rujukan : www.en.wikipedia.org
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI