Mohon tunggu...
Edy Amasanan
Edy Amasanan Mohon Tunggu... Jurnalis - aktivis PMII Cabang Kupang

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kupang

Selanjutnya

Tutup

Money

Tak Tamat Kuliah, Pemuda Ini Bangun Aplikasi Layanan Jasa Transportasi Online Secara Otodidak

3 Juni 2019   20:27 Diperbarui: 3 Juni 2019   20:37 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : doc. Timor-Go

Setiap orang pasti punya perjalan hidupnya masing-masing. Banyak orang hanya melihat sukses yang sudah kita raih, tanpa pernah melihat perjuangan yang telah kita lalui untuk mencapainya. Jatuh-bangun,susah-senang selalu mewarnai perjalanan kehidupan kita.
Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dialami pemuda pencipta aplikasi layanan jasa transportasi berbasis android ini, sebut saja Micky Demitrian Amasanan.

"Banyak orang yang bilang kepada saya sekarang sudah sukses ya, mereka tidak melihat perjuangan yang saya lewati bahkan sering meneteskan air mata"ujar Micky saat ditemui awak media beberapa waktu lalu.

Micky adalah seorang pemuda desa yang memiliki cita-cita sepertinya anak-anak yang lain pada umumnya. Ia menamatkan bangku sekolah menengahnya di sebuah sekolah negeri yang ada di kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Ia kemudian melanjutkan studinya ke perguruan tinggi swasta UNIKA Widya Mandira Kupang, dengan kondisi ekonomi keluarga yang terbilang pas-pasan.

"Saat tamat SMA,saya bilang kepada mama untuk tidak melanjutkan kuliah dan bekerja saja. Tapi mama bilang kepada saya, meskipun kita susah kamu harus tetap kuliah", ungkap Micky

Dengan bermodalkan tekad yang kuat, ia kemudian diterima di fakultas teknik jurusan informatika di kampus tersebut.
Banyak kisah haru yang dilaluinya, jatah bulanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan kuliahnya kadang membuat ia berpikir untuk berhenti kuliah. Perjalanannya semakin terasa berat,  ketika sang ayah meninggal  saat usia kuliahnya memasuki  setengah perjalanan. sehingga memaksanya untuk membuat keputusan terbesar selama hidupnya, berhenti kuliah lantaran tulang punggung keluarganya meninggal saat kondisi keuangan keluarga yang tak kunjung membaik. Dia tahu ini mungkin bukanlah keputusan yang tepat, namun ia juga sadar tak bisa memaksakan kehendaknya.

Bermodalkan kemampuan yang sudah ia pelajari sewaktu kuliah, ia kemudian memilih dunia fotografi sebagai lahan kerja pasca putus kuliah.

Jatuh bangun ia rasakan, rasa putus asa selalu menghantuinya, namun menyerah dan pulang ke kampung halaman dengan kisah pahit dirasa bukan pilihan. Ia tetap percaya bahwa selama apapun badai menerjang, matahari akan tetap muncul dari balik awan.
"Setelah bapa meninggal, saya tidak punya pilihan lain selain berhenti kuliah dan bekerja. Saya mulai berpikir untuk tidak lagi meminta uang kepada mama tapi sudah saatnya saya memberikan mama uang".kata Micky

Hari terus berganti hari, banyak fotografer bermunculan, persaingan semakin ketat. Ia kemudian memilih kembali ke kampung halaman untuk mencoba peruntungan disana.

Awalnya pekerjaan itu berjalan sesuai harapan. Hasil dari pekerjaan itu cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya serta membantu menstabilkan kondisi ekonomi keluarga.

Namun untuk kedua kalinya ia mengalami hal yang sama. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, banyak fotografer kembali bermunculan lagi, sehingga mengurangi jam terbangnya. Pesanan yang mulai sepi membuatnya berpikir lebih ekstra, berbagai strategi dan inovasi coba dilakukannya, namun perlahan semua memburuk. Penghasilannya menurun drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun