Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menakut-nakuti Anak soal Seks Tak Membuat Mereka Pintar

25 Februari 2020   21:59 Diperbarui: 26 Februari 2020   16:22 3426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Justru ini yang berbahaya. Dia akan di-bully sebab bersikeras mempertahankan apa yang dia tahu. Padahal kenyataannya salah. Sehingga semua orang beramai-ramai menyalahkannya. Seperti fenomena yang telah saya ceritakan di awal tadi.

Kita tak bisa menyamakan anak zaman dulu dengan anak era canggih zaman sekarang. Zaman dulu anak tak bisa mengakses informasi secara luas kecuali bertanya pada orang dewasa atau mencari di buku pelajaran. Semua serba terbatas. Jadi wajar saja banyak pemikiran salah akibat rasa takut yang disebarkan oleh orangtua mereka.

Tapi sekarang tak mungkin seperti itu lagi. Akses informasi dan perkembangan teknologi canggih men-support anak untuk dapat mencari tahu sendiri apa yang ingin dia ketahui. Internet merupakan obat atas rasa ingin tahu mereka.

Sedangkan kita semua mengetahui, bukan hanya kebaikan yang ada di internet. Tetapi banyak pula keburukan yang dibagi di sana. Jadi, jika anak salah mengakses, maka akan fatal bagi perkembangan psikisnya.

Oleh karena itu, memberikan pendidikan yang benar tanpa harus menakut-nakuti mereka akan menjadi cara yang lebih bijaksana. Bagaimana caranya? Beberapa hal yang pernah saya lakukan mungkin bisa menjadi referensi untuk pembaca sekalian.

1. Sampaikan konsep yang benar
Kita tak perlu merasa pintar di hadapan anak usia 6 tahun. Karena yakinlah, meskipun tidak semua hal kita tahu, mereka lebih percaya bahwa kita tahu segalanya. Karena itulah, seorang anak biasanya bertanya pada orang yang lebih tua jika ada hal-hal yang tak mereka pahami.

Pengalaman saya, ketika anak saya kecil, dia pernah bertanya tentang penyebab terjadinya guntur dan petir di langit. Karena dia percaya bahwa orang dewasa lebih tahu hal tersebut, maka dia bertanya pada tantenya.

Namun jawaban tantenya yang mengatakan bahwa di langit ada tabrakan mobil membuat dia bingung. Anak saya tahu betul kalau di langit tak ada jalanan apalagi mobil. Bagaimana bisa ada tabrakan? Jelas anak saya tidak terima. Dia marah karena tantenya telah berbohong padanya.

Jangan bohongi mereka dengan pernyataan pernyataan yang tak masuk di akal. Sebab anak kecil pun berakal. Mereka bisa berpikir mana yang mungkin dan mana yang tak mungkin terjadi. Ingatlah! Manusia dianugerahi otak oleh Tuhan YME untuk berpikir, bukan?

2. Gunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti
Ketika kita mau menyampaikan konsep kehidupan, sampaikanlah dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Jangan menggunakan bahasa ilmiah dengan istilah-istilah asing yang belum pernah mereka dengar. Agar penyampaian kita bisa diterima dan mudah dipahami oleh mereka.

Bayangkan saja, jika dalam setiap kalimat penjelasan kita terdapat istilah asing bagi mereka, tentu yang tercipta adalah lingkaran kebingungan. Anak tak bisa paham dengan apa yang kita jelaskan. Padahal kita sudah ngomong panjang kali lebar kali tinggi. Hasilnya ternyata nol besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun