Menguak Selubung MisteriÂ
Aku dan Rudi mengendap pelan pelan mendekati rumah tua itu. Dari jauh tampak sinar lentera yang menerangi bagian dalam dan luar rumah itu. Padahal beberapa hari sebelumnya rumah itu kotor tak berpenghuni. Rupanya ada aktifitas misterius beberapa orang di sana.
Dalam persembunyian kami dikejutkan sapaan seseorang dari belakang punggungku. Aku pun terduduk lemah di tanah basah. Sial, malam Jumat itu penyelidikan kami ketahuan. Kulihat tangan kekar dengan beberapa jenis tali prusik di pergelangan tangannya menepuk pundakku. Aku pasrah.
"Hei anak muda, apa yang kalian kerjakan malam malam di sini?" ucap orang itu.
Reflek aku balikkan badanku. Dengan tubuh gemetar kujalankan pandangan mataku dari kaki hingga ke wajahnya. Wajah orang itu terlihat gelap karena dia membelakangi cahaya bulan. Rambutnya yang gondrong terurai menutupi sebagian wajahnya. Tubuhnya yang tinggi, besar dan kekar berdiri di hadapanku seperti raksasa yang akan menerkamku. Bibirku bergetar hingga sulit menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan Rudi terdiam mematung di sampingku.
Orang itu membungkukkan badannya mendekatiku lalu berbisik di samping telingaku.
"Jangan ribut, tetap tenang."
Cahaya bulan yang memantul pada sebagian wajahnya membantuku mengenali wajah itu. Aku terkejut setengah berdiri.
"Genta!" pekikku.
Telapak tangannya yang sedikit kasar refleks membekap mulutku.
"Sttt... pelankan suaramu. Nanti kita ketahuan."