Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Malam Jumat (11)

22 November 2019   19:54 Diperbarui: 27 November 2019   20:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bersih Kampung

Akhirnya acara pembersihan kampung pun dilaksanakan. Hari ini seluruh warga berkumpul di aula desa untuk menjalani prosesi adat untuk membersihkan desa mereka dari bala. Berbagai macam sesaji disediakan oleh masyarakat. Sesaji tersebut dibuat dari hasil bumi seperti hasil perkebunan dan pertanian di desa mereka. Ada pula aneka kue dengan berbagai macam bentuk dan warna. Beberapa diantaranya bahkan terdapat hewan ternak seperti ayam hitam, ayam putih dan seekor kerbau.

"Wati, tunggu!" Kuhampiri Wati yang sedang membawa tampah berisi tumpeng dengan aneka lauk pauk dan hiasannya.
"Kamu datang?" Wati mengernyitkan dahinya.

"Iya. Kuputuskan aku akan datang ke acara ini. Tapi aku sendirian. Rudi nggak mau ikut."

"Oh...." Kemudian kulihat senyum mengembang di wajah Wati. Manis sekali.

"Ada yang lucu?" Aku menunjuk wajahku sekedar mengalihkan suasana yang mulai bikin kacau jantungku.

"Nggak. Aku senang aja kamu datang ke acara ini." Wati berjalan kembali sambil mengangkat tampah yang sepertinya berat baginya.

"Sini, aku bantu." Tanganku pun langsung memegang tampah tersebut.

Tak sengaja tangan kami bersentuhan. Rasanya aliran darahku semakin lancar. Wajahku terasa hangat.

"Eh... nggak usah. Aku bisa sendiri, kok." Wati mengalihkan tampah yang dibawanya menjauh dari tanganku.

Kami pun berjalan beriringan menuju ke aula desa. Dalam perjalanan yang tak begitu jauh, diam menemani kami. Tiba tiba saja aku kehilangan topik untuk dibicarakan. Kulihat Wati pun seperti salting gara gara kejadian yang tak sengaja tadi. Wajahnya begitu hangat kemerahan. Dia cantik sekali hari ini dengan mengenakan setelan kebaya dan sarung tradisional. Rambutnya yang panjang kini diurai ditambah sematan bunga di telinganya, menambah anggun penampilannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun