Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nur, Aku Puas

17 Juli 2019   14:41 Diperbarui: 18 Juli 2019   13:38 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang cinta itu buta. Sekali melihat kalau hati sudah tertambat, maka rasa yang bicara. Tak tahu siapa yang menerima, bisa muda bisa pula yang tua. Tak pandang bulu. Jika sudah masuk menusuk ke relung hati, maka akan tumbuh tanpa bisa dikendalikan lagi. Makanya ada sebutan puber pertama puber kedua. Puber pertama untuk pengalaman cinta pertama dan puber kedua untuk pengalaman cinta yang kesekian kalinya.

Dan seperti ciri ciri yang kubaca di internet, Zal, sahabat lamaku ini sepertinya sedang masuk puber kedua. Bukan hanya pandai bersolek, sekarang zal juga pandai merangkai kata kata. Puitisnya merasuk hingga kesetiap ucapannya. Tapi dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Zal hanya puitis jika dia berada di dekat Nur, janda kembang yang cantik lagi bohai itu. Namun ketika berada di dekat istrinya, kepiawaiannya merangkai kata seolah lenyap ditelan dunia.

Pagi ini, aku dan Zal olah raga di taman tiga generasi. Sesuai dengan namanya, maka di taman itu tidak hanya dikunjungi oleh anak anak dan remaja, bahkan yang dewasa menginjak ke manula seperti kami pun ada. Olah raga ringan seperti jalan cepat menjadi pilihan kami. Bukan karena kami sudah tua, tapi karena memang tenaga kami sudah tak bisa menyaingi Zohri sang pelari Indonesia. Namun sungguh, semangat kami masih muda. Semangat empat lima ketika melihat Nur lagi mangkal di sudut taman kota.

"Zal, ada Nur tuh!"

"Mana?"

"Di bawah pohon dekat gazebo sana." Tanganku menunjuk ke arah Nur menjajakan dagangannya.

Setelah mata Zal fokus ke posisi Nur berada, tangannya pun langsung menarik tanganku sambil melangkahkan kaki ke sana. Darah mudanya seketika melonjak naik ke ubun ubun kepala ketika melihat tubuh seksi Nur dibalut atasan kebaya ketat ditambah kain batik setinggi betis yang menampakkan kemolekannya.  

"Pecelnya dua, Nur syantiek." Sambil mengedipkan matanya yang mulai rabun. Keluarlah sudah rayuan maut Zal yang mengarah ke zona genit.

"Cabenya berapa, Pak?" Nur balas bertanya sambil melemparkan senyuman mautnya yang buat Zal dan aku klepek klepek tak berdaya.

"Jangan Pak, dong. Panggil saja Abang. Berapa ajahhh yang penting hotssss." Zal mulai bicara sambil mendesah desah seperti hampir kehabisan napas saja.

"Tunggu bentar ya, Bang. Nur buatkan dulu," ucap Nur sambil tersenyum genit ke arah Zal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun