Ibu. Tatapannya sarat makna. Ketika tercipta hal tak seperti apa yang diinginnya, melotot matanya. Ketika keceriaan melingkupi jiwa dan raganya, berbinar matanya. Ketika kegundahan menyelimuti pikirannya, sendu matanya. Namun tak pernah kutemukan murka dalam pandangannya meskipun tuturnya meninggi dari biasanya. Namun selalu kutemukan tatapan teduh itu dalam setiap tutur pesannya.
Kuingat dengan lisannya yang lembut, dia pinta aku menjaga kehormatan keluarga dalam ragaku yang beranjak dewasa. Ketika rasa takut menggerogoti dadaku pun jua otakku, dia tenangkanku dengan kisah pengalaman pertamanya. Dia bekaliku dengan ilmu kehidupannya. Ketika tetes darah remaja memberiku tanggung jawab yang sama dengannya, dia ajarkanku cara bersuci sesuai dengan tutunan-Nya.
Ibu merajut kasih sayang semesta, meski aku tak lagi dalam buaiannya. Tangis bahagianya pecah tepat setelah ijab terkabulkan. Dilepas anak dewasanya dengan senyuman dan pesan. Dia pinta aku jaga kehormatan keluarga. Penting bagiku agar selamat dunia akhirat. Dia tuntun aku melalui pengalaman hidupnya agar kebahagiannya menyebar jua padaku. Dia tuntun aku menuju keahlian alaminya, agar aku mudah melalui segala fase keibuanku.
Janjiku, pesannya selalu terjaga. Bahkan kelak saat anakku dewasa, kuingin naluri luhurnya ini diwariskan dalam setiap cabang keturunan kita. Agar pondasi kesholehan yang dia tanam dapat tertancap kuat dalam lubuk hati penerus kita. Agar kedamaian yang dia ciptakan dapat terulang dalam setiap episode baru keluarga kita. Agar pesannya yang tak terbukukan takkan hilang tertelan perubahan masa. Agar anak cucunya mendatang dapat mengenangnya dengan indah.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 17 Mei 2019.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI