Di samping itu, ada juga pengelola perpustakaan yang diangkat dari pegawai honorer. Mereka diangkat dan ditugaskan secara khusus untuk mengelola perpustakaan.
Rata-rata pendidikan mereka adalah SMA atau SMK. Sebagian ada yang diploma dan sarjana. Dan, pada umumnya mereka belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang bagaimana mengelola perpustakaan dengan baik.
Mengatasi persoalan ini, ada baiknya segera dilakukan langkah-langkah penguatan kualitas sumber daya manusia.
Diantaranya, mengikutsertakan para pengelola perpustakaan dalam seminar, bimtek, atau workshop pengelolaan perpustakaan. Tujuannya agar wawasan dan keterampilan pengelola perpustakaan bertambah secara berkesinambungan.
Di samping itu, bisa juga dengan cara mendorong atau membantu para pengelola untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.
Ada sejumlah universitas yang menyediakan prodi perpustakaan yang bisa dimasuki. Jika tidak mau meninggalkan pekerjaan, pengelola perpustakaan bisa didorong atau atas inisiatif sendiri kuliah di Universitas Terbuka (UT).
Di UT ada prodi khusus tentang perpustakaan. Untuk mendapatkan tenaga yang profesional, pendidikan berkelanjutan sangat dibutuhkan.
Kedua, koleksi buku.
Problematika berikutnya setelah sumber daya manusia adalah yang berkaitan dengan koleksi perpustakaan. Ada apa dengan koleksi ini?
Jumlah koleksi buku perpustakaan pada umumnya masih sangat terbatas. Banyak yang belum sampai seribu judul. Padahal, untuk mendapatkan akreditasi minimal C saja, jumlah minimal seribu judul buku adalah persyaratan pokok. Bagaimana bisa terakreditasi jika jumlah bukunya masih sedikit?