Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Saya Pensiun Nanti...

20 Desember 2021   17:06 Diperbarui: 20 Desember 2021   17:37 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajar di kelas, mengapa tidak? (Sumber gambar:  gettingsmart.com).

Pensiun dari pekerjaan formal-kantoran bukanlah akhir dari sebuah perjalanan hidup. Jika diberikan umur panjang, masih banyak hal yang bisa dikerjakan pada sisa usia.

Tetapi, banyak orang merasa bagai laskar tak berguna begitu memasuki masa pensiun dari tugas kedinasan atau pekerjaan formal, baik di pemerintahan maupun di perusahaan.

Lalu apa rencana Anda pensiun nanti? Saya sendiri sudah mempertimbangkan beberapa kegiatan yang bisa saya lakukan saat pensiun. Kegiatan-kegiatan ini lebih pada upaya untuk mengisi waktu, memenuhi niat untuk berbagi, dan mendapatkan sedikit tambahan penghasilan di luar uang pensiun.

Tetap Mengajar

Saya mengajar di sebuah perguruan tinggi negeri sudah beberapa tahun lamanya. Ketika pensiun di pemerintahan nanti, waktu luang saat pensiun akan saya manfaatkan untuk lebih intens mengajar.


Mengapa mengajar? Hobi bahkan passion saya adalah mengajar. Bisa mentransfer pengalaman kepada mahasiswa, sungguh menyenangkan. Bisa meneruskan pengetahuan -- kendati terbatas, sangat membahagiakan.

Mengajar adalah salah satu aktivitas yang saya pilih sampai saya tidak mampu mengajar lagi. Atau, perguruan tinggi memensiunkan saya karena sudah renta.

Saya pikir, ilmu pengetahuan dan pengalaman hendaknya jangan disia-siakan, jangan hanya dibawa mati. Hendaknya dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, terutama generasi muda. Jika tidak, untuk apa dulu mencari ilmu hingga strata tiga, kalau hanya untuk dibawa ke liang kubur!

Kendati amat terbatas yang bisa dibagikan, tapi itu mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali. Dengan membagikannya, ilmu itu akan bermanfaat bagi orang lain. Tidak sia-sia.

Tetap Menulis

Di samping mengajar, menulis adalah passion saya. Anda juga punya passion menulis, bukan? Kita menulis karena kita suka menulis. Saya menulis karena mencintai kegiatan menulis. Bahkan, sejak masih SMA sudah getol menulis.

Kecintaan pada dunia tulis-menulis ini tidak pernah berhenti hingga sekarang. Terus dan terus saja menulis. Beruntung sekali ada kompasiana yang bisa menampung ide-ide saya.

Keanggotaan saya di kompasiana sudah lama. Kompasiana mengantarkan saya untuk suntuk menulis kendati saya belum sanggup menulis setiap hari. Saya masih harus membagi waktu untuk beberapa tugas dan kegiatan yang saya tekuni di luar menulis.

Melalui kompasiana, saya dapat mengasah kemampuan menuangkan gagasan, bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari sesama kompasianer, bisa pula berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan dan gagasan. Satu lagi yang tak kalah pentingnya adalah menambah pertemanan atau persahabatan, baik secara online maupun sesekali bisa bertemu langsung.

Mengisi waktu saat pensiun dengan menulis (Sumber gambar:  unsplash.com).
Mengisi waktu saat pensiun dengan menulis (Sumber gambar:  unsplash.com).

Seperti halnya mengajar, motivasi utama saya menulis bukan semata-mata untuk mendapatkan honor. Menulis bagi saya adalah menyalurkan dorongan yang begitu kuat dari dalam. Ada isi benak yang minta dituangkan. Ada ide-ide yang berkelindan tidak bisa disimpan begitu saja, melainkan meminta untuk dituliskan.

Kalau saya mengatakan tidak perlu uang, tentu akan dibilang munafik. Saya butuh uang, seperti juga kita semua, tetapi itu tidak lagi yang utama. Bagaimana bisa menyalurkan passion, itulah yang terpenting. Kalau kemudian ada bonusnya berupa honor, mengapa tidak?

Saya syukuri itu. Berapa pun penghargaan yang diberikan, saya syukuri sebagai karunia Tuhan. Yang penting adalah bisa berkarya dan tetap berkarya.

Tetap Berolahraga

Tentu kita sepakat bahwa berolahraga itu penting dalam hidup. Untuk hidup sehat dan bugar, kita memerlukan olahraga. Anda suka berolahraga, saya juga suka.

Dengan berolahraga kita bisa mengkombinasikan kegiatan yang mungkin banyak duduk dan kurang gerak. Berolahraga bisa membawa kita pada kesegaran jasmani dan rohani, lebih bersemangat dan lebih energik. Dengan secara rutin berolah raga, kita bisa menjaga kesehatan tubuh dengan baik.

Bicara tentang olahraga, saya penyuka olahraga beladiri, sebuah olahraga yang saya tekuni sejak lama. Olahraga beladiri yang saya tekuni tidak melulu bersifat sport, melainkan juga diarahkan untuk penguatan mentalitas dan sportivitas.

Misalnya, kami para anggota perguruan tidak hanya berlatih teknik beladiri, bahkan ditanamkan ke dalam sanubari betapa pentingnya menaklukkan diri sendiri. Di samping itu, anggota pun belajar bagaimana menggabungkan kekuatan dengan kasih sayang.

Jika hanya memiliki kekuatan (beladiri) tapi nihil rasa kasih sayang, maka orang akan cenderung menjadi preman jalanan atau tukang pukul. Sebaliknya, jika hanya memiliki kasih sayang tanpa mempunyai kekuatan, bagaimana ia bisa membela orang yang lemah? Jadi, kami para anggota belajar menggabungkan kasih sayang dan kekuatan sebagai satu-kesatuan baik dalam latihan  maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Berolahraga bersama saudara seperguruan (Sumber gambar: dok.pribadi).
Berolahraga bersama saudara seperguruan (Sumber gambar: dok.pribadi).

Berolahraga tentu saja bukan melulu untuk sehat. Dampak positif lainnya adalah, kita akan mendapatkan hubungan hubungan pertemanan yang luas. Mereka yang kita ajak berolah raga akan menjadi teman-teman kita. Jadi, bisa berolahraga, dapat teman-teman dan dapat juga sehat dan bugarnya.

Tetap Berkebun

Kalau saya pensiun nanti saya bisa lebih banyak waktu luang untuk berkebun. Kendati tidak punya lahan kebun, tetapi lahan sedikit di halaman rumah bisa menjadi area praktik berkebun saya sehari-hari.

Kini, karena ada sejumlah kesibukan, kegiatan berkebun menjadi kurang intensif. Hanya dilakukan sekali waktu saja, di sela-sela kegiatan yang lain. Padahal, aktivitas berkebun, bagi saya, sangat menyenangkan.

Membersihkan tanaman, menatanya sedemikian rupa dan menyiramnya secara rutin sungguh memberi kesegaran bagi jiwa.

Menyentuh daun-daunnya yang beragam bentuk dan warna, merasakan kelembutannya, memandang bunga-bunga yang bermekaran atau buahnya yang menggelantung, sangat menyenangkan.

Oleh karena itu, berkebun menjadi bagian dari rencana pensiun saya nanti. Berharap dengan berkebun, saya akan semakin betah di rumah dan mengisi waktu dengan baik.

Tetap Berekreasi

Pensiun bukan berarti berhenti rekreasi, hanya tinggal di rumah. Di Bali (dan di luar Bali) terdapat banyak tempat wisata yang menarik.

Bisa jadi wisatawan luar daerah dan luar negeri yang lebih dahulu tahu tentang tempat wisata di Bali daripada saya. Mereka berduyun-duyun datang ke destinasi tersebut, sementara saya belum lagi pernah ke situ.

Nah, pada saat pensiun nanti -- astungkara tetap sehat, saya bisa menikmati acara rekreasi lebih sering. Dulu, saya jarang rekreasi, kecuali sengaja disempatkan di sela-sela tugas. Berharap ketika pensiun, aktivitas rekreasi sederhana terutama di seputar Bali, bisa saya lakukan.

Mungkin karena umur ya, saya tidak suka rekreasi ke mall-mall. Sepertinya rekreasi macam begini cocoknya bagi anak-anak muda. Saya hanya akan ke mall atau sejenisnya jika hendak membeli pakaian, misalnya. Datang ke mall sekadar untuk jalan-jalan dan cuci mata, tidak lagi.

Pantai tempat berekreasi yang menyegarkan (Sumber:  dok.pribadi).
Pantai tempat berekreasi yang menyegarkan (Sumber:  dok.pribadi).

Saya lebih memilih ke pantai. Melihat deburan ombak, memandang nelayan dengan perahunya di tengah laut, melihat dari dekat para nelayan menurunkan banyak ikan hasil tangkapannyan dan duduk-duduk di pantai berpasir, alangkah menyenangkan.

Saya juga senang piknik ke pegunungan. Bukan mendaki gunung seperti pernah saya lakukan dulu, melainkan menikmati suasana pegunungan yang sejuk dan hijau. Misalnya, bermain di seputar danau dengan udara sejuk-segar, duduk minum kopi dengan sedikit kue sambil memandang danau yang berair tenang dari kejauhan. Atau, melihat monyet penghuni hutan yang bercanda dengan sesamanya dan bergelantungan di pepohonan.

Tetap Membaca

Seperti kebanyakan penulis, kegiatan membaca dipandang sebagai kegiatan wajib. Membaca itu bagaikan sebuah proses pengisian air ke dalam botol. Pengisiannya harus pelan-pelan agar tak tumpah saat menuangkannya. Jadi, mengisi diri dengan ilmu pengetahuan juga dilakukan secara bertahap, perlahan-laham tapi konsisten.

Penulis yang baik tentu adalah pembaca yang baik. Pengetahuan yang dibagikannya didapat dari hasil pembacaannya yang luas dan lama. Itulah yang dipadukan dengan pengalaman dan olah pikir sendiri sehingga menghasilkan karya tulis yang baik. Jarang ada penulis yang malas membaca.

Membaca buku untuk mengisi waktu (Sumber gambar:  goalcast.com).
Membaca buku untuk mengisi waktu (Sumber gambar:  goalcast.com).

Melalui kegiatan membaca, kita ibarat berdialog dengan penulisnya. Kita berdialog dengan ilmuwan, sastrawan, atau para praktisi yang menulis buku yang kita baca. Betapa banyaknya  ilmu yang bisa kita serap jika kita rutin membaca. Ini akan menjadi modal yang ternilai harganya bagi para penulis.

Sejak lama saya suka membaca. Dulu, ketika masih remaja, saya sering datang ke perpustakaan dan ke toko buku untuk bisa membaca buku-buku di situ.

Saya ke perpustakaan untuk kemudian tenggelam ke dalam dunia gagasan yang tersimpan di dalam buku-buku. Datang ke toko buku untuk bisa sedikit mengetahui isi buku-buku baru kendati bukan membelinya karena tak punya bekal uang.

Saya berharap masih bisa membeli dan membaca buku setiap bulannya, setidaknya dua buku. Dengan membaca buku-buku itu, pikiran akan tetap aktif dan tidak lekas pikun.

Itulah beberapa kegiatan yang saya harap bisa mengisi hari-hari saya saat pensiun nanti. Semua kegiatan ini dimaksudkan untuk mengisi waktu dan sedikit berkontribusi terhadap lingkungan sekitar.

Kita hanya bisa berbuat ketika masih di atas tanah. Kalau sudah terkubur di dalam tanah, kita bisa apa?

(I Ketut Suweca, 19 Desember 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun