Tingkat ketergantungan Artha dengan rokok belakangan rupanya semakin besar. Ketika bekerja di kantor, dia harus sempatkan diri untuk merokok. Dia akan ke luar ruangan dan menemukan tempat yang sesuai untuk mengisap rokok.
Saya merasa kasihan dengan sahabat saya yang satu ini terutama ketika kami melakukan perjalanan dinas. Misalnya, ketika berada di bandara. Ia akan minta ijin untuk menghilang sejenak demi menemukan tempat yang diperbolehkan untuk merokok. Demikian juga ketika di hotel, ia akan keluar dari kamar dan mencari ruang terbuka untuk mengisap rokok. Baru dengan begitu, ia merasa tenang.
Hingga saat ini Artha masih merokok. Ia belum mampu mengatasi kebiasaannya merokok kendati memiliki keinginan untuk menghentikan kebiasaannya itu. Tapi, apa hendak dikata, dorongan untuk merokok mengalahkan keinginannya untuk menyudahi kebiasaannya ini.
Itulah dua contoh nyata dari dua orang sahabat saya yang perokok. Yang satu berhasil keluar dari kebiasaan merokok, yang satunya lagi masih belum berhasil.
Lalu, jika ada niat untuk berhenti merokok, apa yang terutama harus dilakukan? Adakah cara yang jitu untuk hal itu?
Dua Cara yang Jitu
Menurut saya, hanya ada dua hal yang membuat siapa pun bisa keluar dari kebiasaan yang tidak sehat ini.
Pertama, kebulatan tekad. Keluar dari kebiasaan merokok sungguh tidak mudah bagi sebagian besar para perokok. Diperlukan tekad yang bulat untuk benar-benar berhenti.
Tanpa tekad yang bulat, maka kebiasaan merokok tak akan pernah berakhir. Hanya akan menjadi angan-angan, hanya sebatas rencana.
Kedua, disiplin diri dalam prosesnya. Anda pasti tahu mengapa orang berhasil mencapai suatu cita-cita dalam hidupnya? Apalagi kalau bukan lantaran disiplin diri. Disiplin diri dalam usaha adalah jalan menuju keberhasilan, di bidang apa pun itu.
Demikian pula dengan upaya keluar dari kebiasaan merokok. Diperlukan tekad yang bulat dan disiplin yang teguh dalam menjalani prosesnya.
(I Ketut Suweca, 8 Oktober 2021).