Dalam kaitan ini, saya sudah mengalaminya dalam penulisan artikel di kompasiana. Sebenarnya sudah saya lakukan pengeditan beberapa kali. Akan tetapi, setelah tayang, eh, ternyata masih ada saja kesalahannya, terutama salah ketik.
Belajar dari kejadian itu, saya lalu senantiasa berusaha melakukan pengeditan dengan sebaik-baiknya. Berusaha mengedit dengan lebih cermat. Dengan begitu, saya berharap tingkat kesalahan bisa diperkecil. Jika bisa, kesalahan ditiadakan.
Mengedit dengan Cermat
Pengeditan artikel tidak bisa dilakukan sekali saja langsung beres. Kita mesti berkali-kali membaca dan berkali-kali juga mengeditnya.
Perhatikan pengetikannya, tidak adakah salah ketik? Perhatikan sistematikanya, sudahkan tulisan tersusun secara sistematis dari awal hingga akhir?
Cermati penggunaan kata, masih adakah pilihan kata yang lebih baik. Cermati ejaannya, sudah benarkah ejaannya kalau dilihat dari panduan  Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Banyak aspek mesti kita perhatikan dalam mengedit. Karena itulah, penyuntingan tidak bisa dilakukan sekadarnya saja. Melainkan, harus dilakukan berulang-ulang dan dengan teliti.
Dengan pengeditan berulang-ulang dan dengan teliti, maka hasil karya tulis kita akan memberikan kepuasan. Kita akan merasa puas melihat karya kita tayang tanpa kesalahan. Kita akan merasa senang bisa memberikan yang terbaik kepada pembaca.
Kompasiana dan Koran
Kalau menulis di blog kompasiana kita mesti sangat cermat dalam melakukan pengeditan. Kita mesti melakukan swasunting dengan detail.
Mengapa? Karena, kecil kemungkinan tulisan kita akan diedit oleh admin atau pengelola kompasiana secara tuntas. Paling banter, sedikit di bagian awalnya saja.