Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Silakan Cek, Apakah Anda Seorang Pendengar yang Efektif?

11 Mei 2021   19:46 Diperbarui: 14 Mei 2021   14:17 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjadi pendengar yang baik itu perlu (Sumber gambar: freepik.com)

Namun, kalau kita mengajukan pertanyaan lagi terhadap tentang hal-hal yang sudah dijelaskan dengan sangat gamblang, ini artinya tadi kita sedang tidak mendengarkannya dengan baik.

Ketiga, kebisingan dalam pikiran
Saat perbincangan berlangsung, apakah kita sudah benar-benar mendengarkan? Tidakkah kita sedang memikirkan hal lain ketika kita sedang "mendengar"?

Kebisingan pikiran tiada lain adalah banyaknya hal yang kita pikirkan. Sekilas memikirkan hal yang di rumah, kemudian memikirkan liburan akhir pekan, lalu memikirakan menu makan siang, kemudian mengingat kekasih pujaan, dan seterusnya.

Kalau otak dipenuhi oleh banyak lintasan-lintasan pikiran yang tiada habisnya, maka kita tidak akan mampu menyerap apa yang mesti didengar saat perbincangan atau pertemuan berlangsung.

Ilustrasi banyak hal yang dipikirkan (Sumber gambar:coachem magarcia.es)
Ilustrasi banyak hal yang dipikirkan (Sumber gambar:coachem magarcia.es)

Percuma saja ikut dalam pembicaraan, sementara pikiran kita tidak ada di sana. Dalam kaitan ini, mengusahakan fokus pada pembicaraan menjadi keharusan. Janganlah hanya hadir secara fisik, tetapi pikiran dan hati melayang jauh.

Keempat, sering menginterupsi
Interupsi adalah hal yang tidak dilarang. Interupsi bukan tidak boleh dilakukan. Hanya saja, jangan seringkali melakukannya. 

Terkesan kita tidak memiliki etika dalam berkomunikasi. Menyela pembicaraan orang ketika ia berbicara sebiasanya tidak dilakukan.

Ingatlah, pembicara itu -- seperti juga kita, adalah manusia biasa. Manusia yang memiliki perasaan. Ingatlah, perasaan manusia lebih dominan dibanding logikanya. Oleh karena itu, kita harus menjaga perasaan si pembicara seperti juga kita ingin dihargai.

Alih-alih menginterupsi, seyogianya kita bersedia mendengar perkataan lawan bicara sampai selesai. Setelah itu, baru kita sampaikan pendapat atau pertanyaan.

Kelima, tidak menunjukkan respons
Respons adalah salah satu wujud nyata dari ekspresi seorang pendengar yang baik. Misalnya menganggukkan kepala tanda setuju atau mengerti, memandang pembicara dengan tatapan bersahabat dan hangat, mengatakan, "Ya", "Saya mengerti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun