Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pendidikan Anak Laki-laki dan Perempuan, Haruskah Setara?

3 April 2021   06:50 Diperbarui: 24 April 2021   06:27 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkonsultasi dengan psikolog (Sumber: additudemag.com)

Persoalan pendidikan anak perempuan sebenarnya sudah lama menjadi perbincangan. Terutama sejak didengung-dengungkannya emansipasi wanita yang dilanjutkan dengan wacana dan program intensif keseteraan gender.

Kurang Mendapat Perhatian

Pada zaman dulu, pendidikan terhadap anak perempuan kurang mendapatkan perhatian. Pada saat itu, orang masih beranggapan bahwa perempuan hanya berperan di tiga tempat, di kasur, di dapur, dan di sumur (mencuci, maksudnya). Tentu saja juga -- terutama, mengandung, melahirkan, dan mengurus anak.

Perempuan pun terkadang kurang dihargai. Mereka tidak boleh terlibat dalam pengambilan keputusan apa pun di dalam keluarga, termasuk perkara menikah dengan siapa.  

Setelah berkeluarga pun perempuan mesti mengikuti apa kata suami, entah si suami benar atau salah. Tidak boleh membantah suami, hanya boleh ngedumel dalam hati, he he he.

Perempuan zaman dulu jarang mengenyam pendidikan. Mendapat pendidikan SD dan SMP saja sudah beryukur. Sangat langka yang sampai mengenyam pendidikan hingga SMA, apalagi hingga Perguruan Tinggi.

Masyarakat masih terkooptasi dengan cara berpikir, untuk apa bersekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya akan kembali ke dapur. Begitu kata-kata yang beredar. Dalam praktiknya pun tidak berbeda, tempoe doeloe.

Akan tetapi, apa yang terjadi zaman sekarang? Perempuan sudah mendapatkan hak kesetaraannya. Duduk dan berdiri, selalu sejajar dengan laki-laki.

Itu semua berkat perjuangan emansipasi dan keberhasilan program kesetaraan gender. Perempuan banyak yang menempuh pendidikan tinggi dan berkarier di berbagai lapangan pekerjaan.

Menjadi Seorang Psikolog

Di dalam keluarga kecil saya, misalnya, saya selalu mengupayakan kesetaraan pendidikan anak laki-laki dan perempuan. Mereka mesti mendapatkan pendidikan yang baik. Begitulah selalu harapan saya harapkan selaku orangtua terhadap kedua anak kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun