Ambil Waktu di Luar Jam Kerja Utama
Nah, bagaimana agar kedua jenis pekerjaan itu bisa dilakukan secara harmonis, tidak saling bertabrakan satu dengan lainnya dan selaras pula dengan panggilan jiwa? Inilah beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan.
Pertama, mengambil waktu kerja di luar jam kerja utama. Jam kerja utama, bagaimana pun harus menjadi prioritas dalam berkarier. Ke situlah waktu dan sumber daya lainnya kita berikan paling panyak.
Kita menyadari bahwa pekerjaan utama menjadi sumber penghasilan utama, tempat kita dan keluarga menggantungkan pembiayaan hidup.
Jadi, seyogianya hindari mengambil waktu pekerjaan utama untuk menangani pekerjaan sampingan. Kalau kita melakukannya juga, bukan tidak mustahil kita mendapatkan teguran atasan, juga membuat cemburu dan protes dari teman sekerja.
Lagi pula kalau mengambil pekerjaan sambilan pada jam kerja utama, tentu saja pikiran kita tidak bisa terfokus lagi pada pekerjaan utama.
Jika ini dilakukan terus, kemungkinan kinerja atau performa kita akan merosot. Hal ini tentu bisa berdampak negatif terhadap karier. Oleh karena itu, seyogianya jangan mengambil waktu kerja utama untuk pekerjaan sampingan.
Memanfaatkan Waktu Luang
Kedua, memanfaatkan waktu luang yang ada. Jika, misalnya, kita bekerja pukul 07.30 pagi hingga pukul 16.00, maka waktu setelah itu bisa kita manfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan sampingan.
Kita bisa memanfatkan waktu yang  ada sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita. Tidak baik juga memaksakan diri, karena pikiran dan tubuh memerlukan istirahat yang cukup.
Di luar itu, hari Jumat, Sabtu, dan bahkan Minggu, bisa dimanfaatkan untuk kerja sampingan ini selain waktu untuk keluarga juga. Syukur-syukur pekerjaan sampingan ini dilakukan bersama-sama dengan keluarga, alangkah bagusnya.