Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jangan Tunda Menulis Hanya karena (Merasa) Belum Cakap Berbahasa Indonesia

10 Oktober 2020   07:06 Diperbarui: 11 Oktober 2020   22:13 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi memahami bacaan. (sumber: Thinkstocks/URFINGUSS)

Tahun 2013 saya menulis buku berjudul Menulis dengan Modal Nekat. Buku tersebut berisi 35 subjudul yang seluruhnya mengangkat tentang berbagai aspek dunia tulis-menulis. Penekanan buku ini bukan pada teori, melainkan pada motivasi menulis bagi para calon penulis dan penulis pemula.

Memotivasi Calon Penulis

Mengapa buku itu saya tulis? Melalui buku tersebut saya ingin mendorong para calon penulis atau penulis pemula untuk berani menulis. Belajar menulis melalui praktik menulis!

Kendati banyak hal yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam penggunaan bahasa, misalnya, jangan terlalu dikhawatirkan, terus saja menulis. Itulah sebabnya saya beri judul Menulis dengan Modal Nekat.

Siapa pun yang hendak belajar menulis, paling tidak harus memiliki ide yang akan ditulis. Ia mesti mempunyai gagasan yang akan dituangkannya ke dalam sebuah karya tulis. Tanpa gagasan, tak ada yang bisa ditulis.

Selanjutnya, untuk mengekspresikan gagasan tersebut, si penulis harus menggunakan simbol-simbol bahasa tulis, seperti kata, huruf, dan tanda baca. Jadi, ia harus menggunakan seperangkat simbol bahasa tersebut yang mewakili pikiran dan perasaannya agar sampai dan dipahami oleh pembaca.

Penggunaan Bahasa Indonesia

Tidak cukup dengan itu. Ia harus mampu merangkai huruf dan tanda baca itu sedemikian rupa agar menjadi sebuah kata, lalu menjadi paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah artikel yang utuh.

Ia pun mesti cermat menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam bahasa tulis mengharuskan si penulis menaati kaidah-kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Misalnya, ia harus mengetahui dan bisa membedakan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis, juga ragam baku dan tidak baku. Ia juga mesti teliti dalam memilih kata (diksi).

Dia seyogianya mampu membuat paragraf yang baik, termasuk teknik mengembangkan paragraf dengan pola berpikir deduktif dan induktif. Bagaimana membuat sebuah paragraf dengan padu dan peralihan paragraf agar tak terasa "melompat", seorang penulis harus memahaminya.

Bagaimana dengan Penalaran?

Belum lagi menyangkut penalaran atau penggunaan logika dalam penulisan. Seorang penulis mesti memahami berbagai jenis proposisi, penalaran deduktif, dan bagaimana menarik kesimpulan.

Ia harus paham seperti apa penalaran induktif dengan memahami bagaimana melakukan generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Si penulis harus pula berhati-hati dengan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bernalar.

Buku Menulis dengan Modal Nekat (dok. pribadi)
Buku Menulis dengan Modal Nekat (dok. pribadi)

Sudah cukupkah? Belum! Penulis harus juga pandai menerapkan kaidah ejaan, khususnya ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Misalnya, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca.

Jangan Terlalu Risau

Itulah beberapa hal yang seharusnya dikuasai apabila hendak menulis dengan baik dan benar dalam bahasa Indonesia. Lalu, apakah kita harus menguasai semua hal itu jika ingin menulis? Idealnya, ya.

Akan tetapi, kalau hal itu diberlakukan secara ketat, kapan kita berani menulis? Kapan jurus modal nekat bisa dikeluarkan?

Oleh karena itu, menurut saya, jangan terlalu risau dengan segala pernak-pernik dalam berbahasa Indonesia. Ingatlah, sebagian besar dari kita bukanlah sarjana atau ahli bahasa Indonesia. Kalau ingin menulis, ya, menulis saja, seperti yang saya lakukan ini.

Seperti pernah saya paparkan dalam artikel sebelumnya, saya bukanlah ahli bahasa Indonesia. Pantaslah jika ternyata ada kata-kalimat saya yang tidak atau kurang tepat. Tetapi, saya berani memutuskan untuk menulis dengan jurus modal nekat!. Saya labrak saja!

Yang penting, saya kira, gagasan yang hendak kita sampaikan bisa dipahami oleh pembaca. Tetap harus berusaha menulis sebaik mungkin yang kita bisa. Itu saja yang terpenting yang paling awal dan harus kita pahami dan usahakan.

Jangan Berhenti Belajar

Tentu saja kita tidak boleh berhenti sampai di situ. Tidak boleh merasa cukup hanya dengan modal nekat. Bersamaan dengan praktik menulis, kita mesti meningkatkan pengetahuan dan kecakapan di bidang kebahasaan ini.

Kita harus terus belajar dan belajar lagi tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.

Kita bisa mempelajarinya dari buku-buku teori bahasa Indonesia yang banyak beredar dan membaca dengan cermat artikel-artikel tentang kebahasaan yang ditulis para kompasianer yang ahli dan sudah berpengalaman dan sumber lainnya.

Melalui proses belajar secara berkelanjutan niscaya kecakapan berbahasa Indonesia kita akan semakin baik.

Tetap semangat dan terus menulis.

(I Ketut Suweca, 10 Oktober 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun