Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Prosa] Tapi, Aku Bisa Apa?!

31 Mei 2020   19:48 Diperbarui: 31 Mei 2020   20:14 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/673006738036037262/

Aku hidup kaya raya. Berlimpah harta. Apa saja yang kumau sudah kupunya. Rumah besar dan mewah di pegunungan nan indah, aku punya. Duduk berayun-ayun di kursi malas di tengah taman penuh bunga yang luas, sudah kurasa.

Aku memiliki kendaraan termahal. Apa mereknya aku tak peduli, dari mana pun negeri yang memproduksinya aku pun tak peduli. Biarlah  kududuk di dalam dan bepergian dengan kendaraan itu dengan nyaman sambil minum sesuka hati.

Kupunya pesawat terbang termewah di dunia. Melebihi keanggunan pesawat kepala negara dan pengusaha terkaya mana pun. Dengannya, aku terbang ke semua negara tujuan. Entah ke Korea, ke Amerika, ke Afrika, atau berpetualang di kutub utara, bertemu orang-orang Eskimo, pinguin,  dan anjing penarik kereta.

Aku menjadi penguasa tertinggi di dunia. Bukan hanya menjadi pejabat di negeri terbesar dan termaju, bahkan lebih tinggi lagi dan lagi, jika ada. Tapi aku tak mau ruwet dan repot mengurus ini-itu, tetek bengek pemerintahan.

Biarlah ditangani oleh wakil dan pembantu-pembantu kepercayaanku. Kugaji mereka dengan bayaran tertinggi agar fokus bekerja mengurus rakyat. Dengan begitu aku tinggal menikmati hasil kerja mereka berikut nama harum di seantero negeri.

Nyamuk menyengat lenganku, membuatku sadar. Kudapatkan mataku sudah mengabur. Kudapatkan telingaku sudah menuli. Kudapatkan rambutku memutih. Kudapatkan gigiku telah habis. Kudapatkan ingatanku dijajal lupa. Kudapatkan kaki dan tanganku gemetar sempurna. Kudapatkan punggung tanganku keriput semua. Kudapatkan tenagaku tak lagi tersisa.

Dalam kegelapan, nanar kulihat tangan-tangan hitam memberi tanda. Sayup-sayup kudengar sosok-sosok pekat tengah memanggil, membujukku untuk segera pulang. Melangkah melewati gelap menuju cahaya terang.

Aku bergumam, andaikan aku bisa memutar waktu. Tapi, aku bisa apa?!

( I Ketut Suweca, 31 Mei 2020).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun