Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Physical Distancing Sulit Diterapkan di Pasar Tradisional, Apa Solusinya?

30 Maret 2020   21:02 Diperbarui: 31 Maret 2020   14:18 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.com › pin

Pasar tradisional, Ke sanalah kebanyakan masyarakat kita berbelanja kebutuhan sehari-hari. Daging, sayur-mayur, buah-buahan, ikan, dan banyak keperluan lain dibeli di pasar tradisional. 

Kendati pun ada pasar modern seperti supermarket dan minimarket, sebagian besar masyarakat kita masih setia berbelanja ke pasar tradisional.

Physical Distancing Sulit Diterapkan

Kini, pasar tradisional berhadapan dengan sejumlah problem yang disebabkan oleh virus corona. Pada jam-jam sibuk berbelanja, keramaian pasar tidak terhindarkan. Biasanya mulai pukul 05.00 hingga pukul 09.00 pagi pasar tradisional biasanya dipadati pembeli.

Alhasil, physical distancing tidak bisa diterapkan dengan baik. Orang-orang dari banyak penjuru numplek blek di pasar tradisional pada waktu tersebut. 

Mereka biasanya sampai berdesak-desakan mendapatkan bahan-bahan kebutuhanya. Kalau sudah begini, bagaimana menjaga jarak? Menghindari kerumunan atau keramaian? Sungguh sulit, dan ini masih menjadi persoalan.

Jika, misalnya, waktu berjualan dibatasi atau dipersempit, maka kondisinya akan lebih padat lagi ketika pasar mulai dibuka. 

Pada awalnya pembatasan jam buka pasar dimaksudkan untuk mengurangi keramaian dalam jangka waktu panjang di pasar, ternyata tak menyelesaikan masalah. Karena, begitu pasar dibuka, masyarakat akan beramai-ramai datang ke pasar untuk berbelanja. 

Semakin crowded-lah pasar tradisional kita. Interaksi fisik tak terhindarkan. Belum lagi mereka yang mengalami panic buying, boleh jadi akan memborong bahan-bahan makanan di pasar, untuk stock 2-4 hari ke depan.

Menemukan Solusi yang Tepat, Penyemprotan

Lalu, apa solusinya? Tutup? Tentu bukan solusi yang paling tepat. Jika ditutup, lalu ke mana masyarakat membeli kebutuhannya? 

Yang paling memungkinkan adalah dengan membuat pasar tradisional sebagai lokasi yang bersih dan sebisa-bisanya steril dari kemungkinan adanya virus corona. Bagaimana bisa dilakukan?

Salah satu solusinya adalah dengan menggeser jadwal buka pasar. Pasar yang biasanya mulai buka pukul 05.00 dan berlangsung sampai sore bahkan malam hari, digeser mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00. Di luar jadwal yang ditetapkan itu, jangan ada pedagang yang berjualan dulu.

Pergeseran waktu ini bukan tanpa maksud. Pagi-pagi, sebelum pasar dibuka pukul 08.00, bisa dimanfaatkan oleh pihak pemerintah daerah atau instansi terkait yang ditunjuk untuk menyemprotkan disinfektan di seluruh areal pasar. 

Misalnya, penyemprotan dilakukan pukul 06.00 sampai dengan pukul 07.30, saat para pedagang belum membuka lapak mereka. Lalu, setelah pasar ditutup pukul 16.00 pada sore harinya, petugas kembali melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh areal pasar tersebut.

Dengan demikian, para pedagang bisa berjualan dalam waktu yang cukup lama, pembeli bisa berbelanja tanpa harus terburu-buru. Demikian pula, pemerintah setempat bisa melakukan penyemprotan disinfektan sebelum pasar dibuka pada pagi hari dan setelah pasar ditutup pada sore hari.

Agar upaya ini bisa berjalan dengan baik, maka sosialisasi di awal harus dilakukan secara intensif. Para pedagang di pasar tradisional harus paham dan bisa menerima niat baik pemerintah daerah. 

Jangan sampai ada yang ngotot berjualan saat kegiatan penyemprotan berlangsung. Harus dipahami bahwa semua itu dilakukan adalah dalam rangka menjaga kesehatan pedagang, pembeli, dan siapapun yang berinteraksi di pasar tradisional.

Pasar Bersih dan Sehat

Penyemprotan pagi dan sore bisa dilaksanakan di pasar tradisional tanpa mengganggu aktivitas di pasar alih-alih mempersempit jam buka pasar. 

Di samping itu, tentu saja kepada para pedagang dan pembeli serta masyarakat pada umumnya terus dihimbau untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Tidak lupa juga menganjurkan mereka memakai masker ketika ke tempat umum, termasuk saat ke pasar.

Bagian-bagian tertentu dari pasar tradisional yang tidak tertata dan masih kumuh, hendaknya dibersihkan oleh petugas pasar. Sampah-sampah yang acapkali teronggok di beberapa sudut pasar mesti segera diambil, sekali atau dua kali sehari, sehingga tak sampai meluber dan berbau tak sedap.

Pasar yang bersih, pedagang dan masyarakat yang berpola hidup bersih dan sehat, disertai penyemprotan pagi-sore di areal pasar oleh pemerintah daerah atau instansi yang ditunjuk tentu akan bisa mengurangi kemungkinan masyarakat yang berinteraksi di situ terpapar virus corona. 

Upaya ini sebaiknya dilakukan setiap hari, pagi-sore, dalam waktu dua sampai tiga minggu, misalnya. Semoga dengan demikian pasar tradisional kita bertambah bersih, tertata apik, para pedagang sehat, demikian juga para pembelinya.

Ini tentu bukan satu-satunya solusi. Barangkali ada gagasan yang lebih bagus lagi dari sidang pembaca. Yuk urun pendapat di kolom komentar.  

(I Ketut Suweca, 30 Maret 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun