Meski menghadapi ancaman, ada banyak inisiatif positif. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PUPR dan KLHK telah menetapkan sungai dan danau prioritas nasional seperti Citarum, Brantas, Kapuas, Mahakam, Toba, dan Sentani untuk direhabilitasi dan dipulihkan. Program Citarum Harum misalnya, melibatkan berbagai kementerian, TNI, dan masyarakat sipil untuk mengurangi pencemaran.
Selain itu, komunitas juga ikut bergerak. Pandawara Group, sekelompok anak muda dari Bandung, viral karena konsisten melakukan aksi bersih-bersih sungai dan menginspirasi jutaan orang lewat media sosial. Gerakan ini menunjukkan bahwa kesadaran generasi muda bisa menjadi motor perubahan.
Di tingkat global, UN Water Action Agenda menekankan pentingnya perlindungan sungai untuk mencapai SDGs. Banyak kota kini mulai memulihkan sungai mereka, misalnya saja Seoul berhasil menghidupkan kembali Cheonggyecheon, Singapura mengubah Sungai Singapura menjadi ruang publik bersih, bahkan Jakarta kini berupaya menormalisasi Ciliwung.
Sungai sebagai Cermin
Sungai sejatinya adalah cermin masyarakat. Air yang jernih mencerminkan kepedulian, sementara air keruh dan berbau adalah pantulan dari kelalaian kita. Sungai tidak membutuhkan manusia, tetapi manusialah yang tak bisa hidup tanpa sungai.
Merayakan Hari Sungai Sedunia bukan sekadar seremoni, melainkan ajakan untuk mengubah cara pandang dari sungai sebagai "halaman belakang" menjadi sungai sebagai "halaman depan."
Ajakan untuk Bertindak
Apakah kita harus optimis atau pesimis melihat kondisi sungai? Optimisme tetap perlu, sebab banyak contoh nyata pemulihan berhasil. Namun, optimisme itu harus realistis, berbasis tindakan nyata.
Kita bisa mulai dari hal sederhana, seperti mengurangi plastik sekali pakai, tidak membuang sampah ke sungai, mendukung kebijakan pengelolaan DAS, atau sekadar ikut kerja bakti membersihkan bantaran.
Di tepian sungai, kita belajar kerendahan hati, bahwa air selalu mengalir ke tempat rendah tanpa kehilangan kejernihannya. Di sungai pula kita belajar keteguhan, menghadapi batu dan jeram, namun tetap terus mengalir.
Menjaga sungai adalah menjaga masa depan. Mari pastikan anak cucu kita kelak masih bisa melihat Bengawan Solo berair jernih, bukan hanya mengenalnya lewat lagu.