Mohon tunggu...
Yus Rusila Noor
Yus Rusila Noor Mohon Tunggu... Pekerja Lingkungan

Saya adalah seorang yang sedang belajar. Bagi saya, hidup itu adalah proses belajar, dan belajar itu adalah proses seumur hidup .... Iqra

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Antara Jet d'Eau dan Broken Chair, Kisah Perjalanan dan Nurani di Jenewa

2 September 2025   12:53 Diperbarui: 2 September 2025   16:26 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiruk pikuk di sekitar Stasiun Kereta Api Utama Jenewa (Foto: Yus Rusila Noor) 

Saya masih ingat suasana berbuka yang sederhana namun begitu membahagiakan, disusul tidur singkat sebelum terbangun lagi untuk sahur. Alhamdulillah, saya bisa menjalaninya dengan ringan.

Mungkin karena tubuh saya sibuk oleh rapat-rapat sepanjang hari, pikiran terisi oleh agenda penting, dan udara dingin Jenewa justru membuat puasa terasa lebih sejuk.

Ada kebahagiaan tersendiri saat bisa menunaikan ibadah di tengah perjalanan, di kota yang jauh dari rumah, seakan-akan Allah Azza wa Jalla menghadiahkan ketenangan ekstra di sela-sela kesibukan diplomasi.

Kunjungan kali kedua membawa saya benar-benar merasakan denyut kota. Kali ini saya ikut serta dalam CoP14 Ramsar yang berlangsung di Geneva International Conference Centre.

Saya menginap di kota Jenewa, dan setiap pagi berjalan kaki menembus udara dingin, sekitar tiga puluh menit dari hotel di pusat kota menuju ruang pertemuan.

Jalanan terasa sepi namun ramah. Gedung-gedung tua berbaris rapi, trem berderit melewati relnya, dan saya bisa mencium aroma roti segar dari kafe-kafe yang baru dibuka. Di setiap langkah, saya merasa seperti sedang memasuki panggung besar dunia, di mana diplomasi, sains, dan kemanusiaan dipertemukan.

Di tengah-tengah kota ini, sejarah bergema di setiap sudut. Jenewa telah lama menjadi rumah bagi diplomasi internasional. Di sinilah Liga Bangsa-Bangsa berdiri setelah Perang Dunia I, cikal bakal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Di sinilah Henry Dunant, seorang warga Jenewa, mendirikan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada 1863, mengubah cara dunia memperlakukan korban perang.

Sejak itu, Jenewa dikenal sebagai "ibu kota perdamaian," sebuah tempat di mana dunia bernegosiasi, mencari kompromi, dan mencoba menyembuhkan luka-luka kemanusiaan.

Salah satu momen yang paling membekas adalah ketika saya berdiri di Place des Nations, alun-alun luas di depan markas besar PBB. Di sana berdiri Broken Chair --- sebuah kursi kayu raksasa dengan satu kaki patah.

Simbol ini begitu kuat, sebuah seruan sunyi untuk mengakhiri perang, ranjau darat, dan segala bentuk kekerasan yang melukai manusia. Rasanya seperti kota ini berbicara, tanpa kata-kata, bahwa martabat manusia harus dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun