Pertemuan terakhir dalam mata kuliah Formasi Spiritualitas Pentakosta tadi malam merupakan puncak dan tujuan pelajaran. Yes, kita masuk kepada : Praktik dan Aplikasi Formasi Spiritualitas Pentakosta.
Tentu saja semua materi pelajaran yang sudah dipelajari dalam beberapa kali pertemuan selama ini hanya akan menjadi teori kosong bila tidak diimplementasikan atau dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah pembahasan tentang membangun kedewasaan melalui disiplin rohani.
Dalam tradisi Pentakosta, memiliki Waktu Pribadi dengan Allah (WPDA) yang dipraktikkan dengan doa pribadi dan pembacaan Alkitab setiap hari bukan sekadar rutinitas, tetapi napas rohani yang menjaga api iman tetap menyala.Â
Sebagai seorang yang tumbuh dalam tradisi Pentakosta, saya menyadari betapa pentingnya hal itu. Bahwa kuasa Roh Kudus tidak datang secara instan, tetapi lahir dari kehidupan yang intim dengan Allah, dari ruang doa yang tersembunyi, dari saat-saat pribadi ketika hanya ada saya dan Dia.
Namun, jujur saja, dalam praktiknya tidak semudah itu. Menetapkan waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab setiap hari kadang terasa seperti perjuangan yang panjang.
Saya sering bertekad untuk bangun pagi setiap hari dan berdoa selama satu jam, juga membaca lima pasal Alkitab setiap hari dengan konsisten. Tapi seiring waktu, kesibukan, jadwal pelayanan, bahkan hal-hal sepele seperti notifikasi di ponsel, perlahan menggeser prioritas saya.
Saya yakin banyak orang Kristen, bahkan tidak menutup kemungkinan para pelayan Tuhan seperti saya, mengalami hal yang sama.
Kita hidup di zaman yang penuh dengan distraksi. Ponsel kita adalah alat yang luar biasa, bisa membuka Alkitab digital, mendengarkan khotbah, atau renungan harian, tetapi juga bisa menjadi sumber terbesar pengalih perhatian.
Kadang tanpa sadar, saya membuka ponsel untuk mencari ayat, tapi malah berakhir scrolling media sosial selama setengah jam tanpa tujuan.
Ada hari-hari ketika saya merasa terlalu lelah untuk berdoa, atau menunda-nunda dengan alasan "nanti saja." Sampai akhirnya, hari bergulir tanpa waktu tenang bersama Tuhan. Yang tersisa adalah rasa hampa seperti api rohani yang nyaris padam dan menjadi bara.
Saya sadar, ini bukan hanya tentang kesibukan, tetapi tentang pertaruhan spiritual.
Ketika saya menyediakan waktu khusus untuk berdoa dan membaca Firman, sebenarnya saya sedang memelihara persekutuan kasih dengan Allah. Sama seperti api yang harus dijaga dengan minyak, kehidupan rohani pun perlu diberi bahan bakar setiap hari ; melalui doa, penyembahan, dan renungan Firman.
Saya percaya, kemenangan spiritual tidak diukur dari kesempurnaan disiplin, tetapi dari kesetiaan untuk selalu kembali kepada Tuhan, bahkan setelah gagal. Itulah inti dari formasi spiritual yang sejati:Â terus dibentuk, hari demi hari, di tengah ketidaksempurnaan kita.
Hari ini, saya membuat komitmen baru. Saya tidak ingin membiarkan kesibukan memadamkan api rohani saya. Saya ingin kembali menyalakan waktu pribadi bersama Tuhan, bukan karena kewajiban, tapi karena kerinduan.
Saya ingin terus memiliki "ruang sunyi" di mana saya bisa mengenal-Nya lebih dalam, mendengarkan suara-Nya, dan dikuatkan untuk menjalani hari-hari dengan kasih dan hikmat.
Saya percaya, kehidupan rohani yang sehat tidak diukur dari seberapa sering kita berkhotbah atau melayani, tetapi dari seberapa dalam kita berdiam diri di kaki Tuhan dan membiarkan Dia membentuk hati kita hari demi hari.
Menutup jurnal ini, saya ingin mengingat satu kebenaran yang sederhana namun dalam:
Disiplin rohani bukan beban yang menuntut, melainkan undangan kasih untuk berjumpa dengan Allah setiap hari.
Kiranya setiap kita yang merindukan formasi spiritual yang sejati, belajar untuk terus menjaga api rohani itu , bukan hanya di ruang ibadah, tetapi di tengah kesibukan, di balik layar ponsel, dan di sela napas kehidupan yang nyata.
Tuhan Yesus memberkati kita semua!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI