Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kecelakaan Mengerikan Terjadi di Depan Gerbang Sekolah

23 Februari 2024   14:26 Diperbarui: 25 Februari 2024   11:55 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi laka sepedamotor pelajar di depan sekolah. Sumber gambar bulletinkompaspagi.com

Setelah menyantap sepotong roti bakar, sebutir telur ayam rebus dan segelas teh manis untuk menu rutin sarapan pagi, tanganku segera mengangkat tas sekolah yang ada di kursi sebelahku di dekat meja makan dan kucium tangan ibuku untuk berpamitan sebelum berangkat sekolah.

Itu adalah kegiatan rutinku setiap pagi. Meski begitu, kebiasaan bangun pagi untuk salat subuh dan membantu ibuku dengan memberi makan beberapa ayam kampung sebagai satu-satunya mata pencaharian penopang ekonomi keluarga, kujalani dengan ikhlas tanpa mengeluh.

Sebagai anak semata wayang ibuku, aku tidak ingin menjadi beban bagi beliau atau membuatnya bersedih hati memikirkan nasib dan masa depanku yang mungkin terlihat tidak pasti di mata beliau.

Semenjak ayahku meninggal 10 tahun yang lalu karena kecelakaan sepeda motor saat bekerja menjajakan sayur berkeliling dari satu komplek perumahan ke perumahan lainnya, ibu tidak ingin menikah lagi dan hanya fokus pada diriku yang saat ini masih menjadi pelajar kelas 11 SMA negeri terfavorit di kotaku.

Baca Juga : Ludah

Untuk menyenangkan hati ibuku, kupacu keras prestasi belajarku di sekolah. Tidak heran, peringkat satu paralel, setiap tahunnya bisa aku sabet dan juga beberapa prestasi di bidang non akademik serta banyak sertifikat juara dari beberapa event kejuaraan yang diadakan oleh kampus ternama di tanah air.

"Fatan, hati-hati di jalan dan bersemangatlah dalam belajar di sekolah demi masa depanmu, nak!" pesan ibuku saat kucium telapak tangannya sebelum berangkat ke sekolah.

"Iya, siap bu!, mohon doanya selalu!", kujawab kalimat ibuku sambil berlari ke arah Dava yang sudah menunggu di depan rumah sederhana ibuku yang berdinding gedhek bambu peninggalan ayahku. Kulihat ibuku, kali ini anehnya tidak membalas lambaian tanganku namun hanya berdiri mematung menatapku dari teras rumah.

Dava, sahabatku sekelas yang juga tinggal satu desa denganku, setiap pagi selalu setia menjemputku untuk berangkat ke sekolah. Dia juga anak tunggal seperti diriku dan ayahnya merupakan seorang kepala desa di daerah kami tinggal.

Selama perjalanan ke sekolah yang berjarak 20 kilometer dari desa kami berdua, hal yang biasanya kami bahas berdua selalu tentang pelajaran atau tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Semua itu semata demi menjaga prestasi kami berdua di sekolah dan juga untuk tekad diri dalam mewujudkan cita-cita untuk menjadi orang yang sukses agar bisa membahagiakan orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun