Mohon tunggu...
Lies Surya
Lies Surya Mohon Tunggu... -

hanya seorang blogger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa Kabar Pendidikan?

21 Desember 2012   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perubahan mendasar kurikulum Pendidikan yang sedang dalam tahap uji publik menjadi tema hangat untuk dibicarakan diakhir tahun ini, setelah sebelumnya marak perdebatan mengenai pelajaran bahasa inggris yang dihapus dari mata pelajaran SD. Saya memang tidak terlalu mengikuti perkembangan tentang rencana perubahan kurikulum pendidikan ini, hanya sesekali mengintip planning Kemendikbud dalam merancang kurikulum 2013 yang bisa kita download dari website resminya.

Selain bisa mengikuti tahap-tahap perubahan tersebut, kita sebagai masyarakat juga bisa memberikan tanggapan dan saran atas rancangan perubahan tersebut. Bagi yang ingin memberi masukan, saran maupun kritik masih diberikan kesempatan sampai dengan tanggal 24 desember melalui link berikut. Masukan dan saran dari banyak pihak tentunya akan lebih memaksimalkan pelaksanaan uji publik kurikulum baru. Saya pribadi tidak banyak memberikan masukan maupun saran karena saya terlalu percaya dengan keputusan yang dibuat oleh Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, mereka tentunya tidak semena-mena merubah kurikulum tanpa perencanaan yang matang.

Banyak faktor yang mendasari pengembangan kurikulum 2013 ini. Dari bahan uji publik kurikulum 2013 yang saya download, terdapat 4 faktor yang paling mendasar yaitu :

  1. tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
  2. kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
  3. fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).
  4. dan faktor terakhir adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter

Setiap perubahan tentunya diharapkan membawa perubahan yang positif akan perkembangan Pendidikan negara ini. Mungkin selama ini saya terlalu menilai tinggi tentang Pendidikan di Indonesia karena yang saya lihat hanyalah profil pendidikan di kota besar, betapa beruntung anak-anak sekarang yang sangat mudah dalam memperoleh ilmu. Tidak seperti dulu dimana keterbatasan teknologi membuat saya hanya mengandalkan ilmu dari buku dan dari guru. Sementara sekarang akses untuk mencari ilmu sangat terbuka luas, ditambah lagi pertumbuhan gizi anak sekarang berbeda jauh dengan keadaan di tahun 80-an. Tentunya generasi-generasi bangsa ini semakin cerdas dibandingkan produk jaman dulu. Wajar saja jika kemarin banyak yang kontra terhadap penghapusan bahasa inggris, bukankah saat ini kita semua dituntut harus bisa bahasa inggris untuk menjadi pribadi yang lebih bermutu ?.

Saya pun awalnya berpendapat sama karena yang saya lihat adalah profil generasi anak-anak kota. tetapi ternyata gambaran itu terlalu ideal, saya lupa bahwa Indonesia bukan hanya kota besar dan Pulau jawa.

Baru-baru ini kebetulan saya dilibatkan sebagai tim teknis dalam menyusun strategi pemberantasan kemiskinan kota PagarAlam, yang mana salah satu faktor yang terkait adalah di bidang Pendidikan. Saya belum terlalu mengenal profil kota PagarAlam, karena itu saya antusias ketika harus terjun bebas langsung ke lapangan. Banyak sekali fakta dilapangan yang kadang membuat saya trenyuh dengan Indonesia. Hawa Pendidikan antara di kota dengan di desa amat sangat berbeda. Jika kemarin saya ikut sependapat dengan orang-orang yang kontra terhadap penghapusan bahasa inggris, tidak lagi sekarang. Untuk didesa-desa yang tingkat ekonominya betul-betul masih rendah, polemik bahasa inggris menjadi tidaklah penting. Satu-satunya yang paling penting adalah urusan perut.

Maka saya setuju dengan pendapat salah satu teman saya yang mengatakan penerapan pelajaran bahasa inggris untuk tingkat SD sebaiknya ditinjau dari banyak aspek, antara lain aspek profil siswa, kebutuhan peserta didik dan juga potensi daerah. Di kota-kota besar, mata pelajaran bahasa inggris sebaiknya memang tetap diberikan dari sejak dini. Tetapi untuk di desa-desa miskin dan desa tertinggal bahasa inggris memang belum tepat dijejalkan ke anak didik di bangku SD. Dan kita tidak bisa menutup mata akan banyaknya daerah-daerah yang tersebar dari ujung sabang sampai merauke yang memang masih rendah tingkat ekonominya.

Apapun nanti final terhadap kurikulum yang akan ditetapkan oleh Kemendikbud, ada satu perubahan yang saya sambut dengan positif. Yaitu Pemerintah Pusat yang akan menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman. Jika rencana ini berjalan baik, Kemendikbud akan membentuk tim penyusun yang terdiri dari guru-guru dan para ahli pendidikan untuk menyusun buku-buku pelajaran. Sehingga para penerbit nantinya hanya boleh menggandakan, tidak lagi menulis buku pelajaran. Saya rasa langkah ini penting mengingat banyaknya kasus buku pelajaran sekolah yang tidak bertanggungjawab dengan menyelipkan konten porno dan narkoba. Dengan begitu tanggungjawab mengenai isi buku pelajaran akan dipegang langsung oleh pusat.

Balik lagi ke perubahan kurikulum, saat ini sudah disusun 3 usulan kurikulum baru untuk jenjang sekolah dasar, yaitu :

1. Tanpa Pelajaran IPA dan IPS

2. Pemisahan IPA dan IPS (Kelas IV sampai VI) 3. Pemisahan IPA dan IPS (Kelas V-VI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun