Mohon tunggu...
Ratna Erna Wati
Ratna Erna Wati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ingin belajar menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dalam Kesendirianku

5 Juli 2013   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:58 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku semakin membenci kehidupanku yang sekarang,semua membuatku binggung dan terluka,aku hanya inggin sendiri. Ayah,ibu sibuk dengan kerjanya sendiri,akupun tak mengerti apa aku harus menyalakannya? Atau aku harus bagaimana.Terlebih dengan tetangga yang selalu ikut campur urusan orang lain,aku membenci itu,aku tak pernah berharap ada di tenggah tenggah mereka

Sampai kapan aku kaya gini? Aku udah gak tau lagi,aku udah capek,aku udah bosan.mungkin takdirku memang dengan kesendirian dan kesedihan,tapi aku berharap itu adalah khayalan yang gila dalam hidupku.Kapan aku bisa keluar dari tempat ini?terkadang aku menyalakan orang tuaku karena kesibukannya,namun tak jarang aku menyalakan waktu,atau mungkin aku salah berada disini.Dulu saat aku jauh dari tempat ini,aku kira itu adalah masalah terbesarku.ternyata aku salah,saat aku telah merasakan kebesasan telah bergabung dengan masyrakat yang beragam itu adalah awal dari perjalanan kehidupanku yang pahit ini.

Yang aku tau aku terlahir dari sebuah keluarga yang indah namun itu dulu ,sekarang semua keindahan itu telah berubah menjadi kelam,keindahan itu tak lagi ada.Saat ayahku bangkrut aku tak menyalakan keadaan,tapi saat ayah dan ibu mulai sibuk dengan pekerjaannya sendiri saat itulah aku menyalakan semuanya.

Saat ini aku berfikir,tak lagi ada kawan dalam hari hariku.Setelah kami lulus SMA ,teman teman memperjuangkan cita citanya di kota impian masing masing,namun aku harus terputus di tenggah jalan karena keadaan yang tak lagi memungkinkan,kini aku hanyalah butiran air yang hampir keruh.Hanya lawan yang tajam yang ku temui disini,aku tak lagi mengerti harus bagaimana?hanya tangis yang aku rasakan.Tanpa kehadiran seorang ayah ataupun ibu disisiku.Lalu aku harus mengadu pada siapa? Aku harus tertawa dan menanggis pada siapa? Ayah ibu telah sibuk dengan kerjanya,aku tak menjalakan mereka walau kadang aku menyalakannya dan kecewa.Tapi aku tau satu hal,itu semua demi keluargaku.

Yang bisa aku lakukan saat ini hanya berharap yang tak pasti. Dalam kamar kecil,sekaligus rumah ini,aku menjalani hari hariku saat ini.Dibalik dinding yang tak seindah dulu aku mengerjakan segala aktifitasku.Dinding mungil itu adalah saksi hari hariku.Saat aku terluka,saat aku bahagia,saat aku menangis,saat aku berteriak tak ada yang mengetahuinya.Ayah dan ibuku pun kini tak tau.Hanya dinding,buku harian,dan bonekalah yang melihatnya.

Aku berjanji ketika aku telah bekerja nanti,aku akan berusaha keras  untuk keluar dari sini.Aku tak akan membiarkan ayah dan ibu yang semakin tua menanggung beban ini sendirian,Jika aku tersakiti sesungguhnya ada yang lebih tersakiti yaitu ayah dan ibuku.Walau terkadang aku marah,dan kecewa pada mereka tapi sebenarnya aku sangat sayang ayah dan ibu,aku rindu kebersamaan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun