Mohon tunggu...
Junaedi Ham
Junaedi Ham Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

Bekerja di Balang Institute Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sampah Plastik dan Bahaya yang Mendunia

10 Mei 2019   20:10 Diperbarui: 10 Mei 2019   20:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dan Plastik seolah menjadi sesuatu yang sulit dipisahkan, ketergantungan manusia terhadap plastik seketika menjadi ancaman keberlasungan lingkugan dan hidup manusia itu sendiri. 

Hal ini pula yang mendasari beberapa gerakan di Indonesia agar masyarakat lebih bijak menggunakan perlengkapan yang berbahan dasar plastik. Sebut saja gerakan Diet Kantong Plastik  oleh Generation Indonesia yang tercatat memulai gerakannnya sejak  oktober 2010, Gerakan Anti sedotan Plastik yang juga mulai dikampanyekan di Indonesia. 

Kampanye lingkungan sehat yang menekan penggunaan plastik semakin marak dilakukan di Indonesia oleh lembaga maupun individu yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, mulai dari penandatangan petisi, memberikan edukasi, hingga mendorong regulasi dalam bentuk peraturan daerah. Hal ini menjadi gambaran yang cukup  bahaya sampah plastik dan dampak yang ditimbulkan.  

Dalam konferensi East Asia Summit (EAS) 2017 yang digelar di Bali Indonesia juga memberikan perhatian khusus terhadap pengendalian sampah plastik di lautan, langkah yang dilakukan Indonesia dalam kampanye melawan plastik dengan menerbitkan Perpres nomor 16 tahun 2017 tentang kebijakan kelautan Indonesia dan National Plan of Action in Marine Plastic Debris 2017-2025.

Hasil screnshot youtube yang memperlihatkan seekor penyu dengan sedotan di lubang hidungnya
Hasil screnshot youtube yang memperlihatkan seekor penyu dengan sedotan di lubang hidungnya
Pada tahun 2015 lalu sebuah video yang berjudul Sea Turtle with straw up its Notstril-"NO" TO PLASTIC STRAWS  video viral yang memperlihatkan  perjuangan seorang yang bernama Christine Figgener dari Texas A&M University dan beberapa orang kawannya melepaskan sebatang sedotan plastik dengan panjang sekitar 12 cm dari hidung seekor penyu laut. Nampak dalam video tersebut penyu kesakitan saat sedotan plastik ditarik keluar dari hidungnya dan mengeluarkan darah. Mengerikan bukan.

hasil screenshot youtube Guerdiamn News
hasil screenshot youtube Guerdiamn News
Penampakan yang lain ditunjukkan oleh Penyelam dari Inggris bernama Rich Honner yang telah merekam video dirinya berenang melalui air yang dipenuhi sampah plastik dan pembungkus makanan yang menguning, dengan sesekali ikan tropis melesat ke sana kemari, rekaman itu diambil di lokasi penyelaman di Pulau Nusa Penida, sekitar 20 km dari pulau liburan populer di Indonesia, yaitu Bali.  

Setidaknya beberapa ilmuan sepakat bahwa sekitar 8,8 juta ton plastik melayang di lautan tiap tahunnya. Sampah-sampah ini tidak hanya mengancam jutaan spesies laut tetapi juga berdampak pada keberlansungan hidup manusia. Terutama mereka yang memanfaatkan dan bergantung hidup pada laut.

Plastik berbahan dasar kimia beberapa perusahaan memang mendesain agar produknya dapat bertahan lama sehingga membutuhkan waktu 500-1000 tahun untuk diurai, bahkan beberapa jenis plastik masih tetap utuh dengan kondisi yang sama pada saat diproduksi tertanam dalam tanah atau mengapung di dalam laut. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik terus bertumpuk dan mengalami peningkatan hingga sulit dikendalikan.

Plastik yang menyumbang sampah terbanyak adalah sampah plastik sekali pakai.

Plastik tidak selamanya buruk, beberapa alat plastik bekerja untuk menyelamatkan manusia, seperti alat medis, helm yang berguna di kepala, perlengkapan rumah tangga, botol air mineral membantu kita mudah membawanya kemana-mana dan dapat membantu orang lain. Buruknya adalah kita menggunakan lalu membuangnya lebih banyak dibanding yang kita butuhkan. 

Bayangkan ketika ibu-ibu berbelanja, makanan, botol minuman, sedotan, dan kemasan plastik lainnya semua itu adalah plastik yang akan terbuang setelah sekali pakai, National Geographic mencatat 40 persen dari sampah adalah sampah plastik sekali pakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun