Mohon tunggu...
Dziyaul Arrozain
Dziyaul Arrozain Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Arkeologi dengan minat pada Arkeologi Prasejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Liang Bua

10 April 2020   09:00 Diperbarui: 10 April 2020   09:00 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ekskavasi Liang Bua 2019 (Photograph by Veatch 2019)

Implikasi dilaksanakannya penelitian jangka panjang ini, yakni ditemukan beragam tinggalan – baik artefak, ekofak, maupun yang lainnya – yang dapat dikatakan masterpiece dalam mengungkap kehidupan dan lingkungan di Flores. 

Temuan tersebut antara lain: alat batu, fragmen gerabah, fragmen alat-alat logam, dll; sedangkan temuan ekofak yakni sisa rangka Hominid, Stegodon, Komodo, Burung, Ikan, Ular, Tikus, dan Katak. 

Replika
Replika "The Hobbit" Homo floresiensis (Photograph by Veatch 2019)
Temuan yang paling menarik dari Liang Bua – yang menjadikan dunia gempar – yakni Fragmen Rangka Hominid yang diidentifikasi sebagai Homo Floresiensis. Temuan Hominin ini pertama kali berada di kotak sektor VII & XI yang dikenal dengan sebutan LB1. Hominid ini mempunyai tinggi badan rata-rata 1 m dengan volume otak rata-rata 380 cm3-direvisi menjadi 426 cm3 dalam (Bellwood, 2017; Brown, 2004). 

Pertanggalan yang diasosiasikan berkisar pada 100-60 ribu tahun yang lalu. Meskipun begitu – hingga kini – kejelasan mengenai status species baru masih diperdebatkan, beberapa menyangsikan klasifikasi tersebut, ada pula menjadikannya bagian dari Homo erectus. Dibalik itu semua, keberadaan hominin ini menjadi tolok kemajuan penelitian arkeologi dan paleoantropologi yang disumbangkan Indonesia untuk dunia.

Kini, keberadaan Liang Bua menjadi salahsatu Cagar Budaya yang berada di Nusa Tenggara Timur. Sejak ditetapkan pada tahun 2018 dengan Regnas RNCB.20181005.04.001513 dan No. SK Menteri No180/M/2018 (Siregnas Cagar Budaya Kemdikbud), landasan untuk pelestarian situs prasejarah ini menjadi lebih kuat. 

Artinya, pengelolaan situs ini akan semakin tertata, baik dalam kaitan penelitian arkeologis maupun pariwisata. Oleh sebab itu, sudah selayaknya situs ini dimanfaatkan guna kepentingan bangsa dan ilmu pengetahun yang lebih besar.

 Referensi

Bellwood, P. (2017). First Islanders. New Jersey: Wiley Blackwell.

Brown, P. et.al. (2004). A New Small-Bodied Hominin from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia. Nature. Vol 431. P.1055-1061

Morwood, M. & Oosterzee, v.P. (2007). A New Human: The Startling Discovery and Strange Story of the Hobbits of Flores, Indonesia. Smithsonian

Morwood, M. et.al (2009). Preface: research at Liang Bua, Flores, Indonesia. Journal of Human Evolution. Ed. 57. P. 437–449

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun