Mohon tunggu...
Dita Silvi Antika
Dita Silvi Antika Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maliki Malang jurusan Psikologi dan Tutor Matematika di LBB Gold Generation\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih Atas segala Keputusan Terbaikmu Ya Allah

27 November 2014   05:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terima Kasih Atas segala Keputusan Terbaikmu Ya Allah

Semua kisah berawal dari kisah masa laluku dan masa kecilku yang sudah saya bahas di artikel sebelumnya (lihat artikel Ini Cara Tuhan Mendidikku). Ketika kisah masa kecilku berbeda dari mayoritas kisah masa kecil kalian. Kalian merasakan indahnya keluarga yang utuh, kalian merasakan hangatnya keutuhan keluarga, Kalian merasakan betapa senang dan bahagianya menjadi seorang adik maupun seorang kakak dalam sebuah keluarga. Mungkin wajar ketika saat dulu aku pernah merasakan iri kepada kebanyakan keluarga yang seperti itu. Keluarga yang selalu aku impikan.

Banyak masalah yang terjadi pada masa laluku. terutama dikeluargaku. Pada saat itu mungkin mereka menganggapku sebagai gadis kecil yang tidak mengerti akan masalah-masalah yang terjadi dilingkunganku terutama keluargaku. Salah satu masalah yang sampai saat ini selalu aku ingat adalah ketika aku masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Waktu itu, ibuku sedang melahirkan adikku yang selama ini aku impikan. Adik kecil yang walaupun beda ayah, tapi aku menginginkan kehadirannya sebagai anggota keluargaku yang utuh. Yang bisa aku hibur, aku rawat walaupun sebentar, aku ajak bermain itulah yang ada dibenak anak SD ketika bahagia menyambut kehadiran adik barunya.

Setelah 1 minggu adik kecilku yang waktu itu diberi nama Nova Trisma salsa Bella lahir, masalah itu muncul. Ibu dan ayahku bertengkar di depanku. Pertengkaran yang seolah tak mempedulikan orang lain. Ogosentris mereka sama-sama kuat hingga mereka tak memikirkan lingkungan dan juga aku. Saat itu aku hanya bisa diam. Mungkin mereka mengira aku gadis kecil yang tidak akan mengerti dengan masalah orang dewasa. Saat ini aku ingin menjelaskan hal itu, mereka salah. Justru gadis kecil yang mereka anggap sebagai sosok yang tidak tau apa-apa. Menyimak dan mengamati kejadian tersebut, bahkan mengingatnya hingga saat ini. Nah, jika teman-teman sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak kecil tolong jika kalian sedang bertengkar dengan pasangan kalian, kalian bisa menyembunyikannya dari anak-anak kalian. Atau kalian mau anak kalian mengingat kenangan pahit selama hidup mereka? Tentu tidak kan kawan.

Pertengkaran itu sangat dramatis layaknya sinetron di Indosiar yang selalu penuh degan konflik dan kalian juga pasti tau keputusan yang ibu dan ayah saya ambil adalah berpisah (bercerai). Nah saya ingin memberikan sedikit materi kepada kalian tentang bagaimana pemecahan masalah didalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah itu sendiri merupakan suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar dalam suatu masalah yang spesifik. Hal itulah yang dianggap sebagai pemecahan masalah dari ayah dan ibuku.

Aku memaklumi kejadian itu, karena aku sudah terbiasa dengan sifat ibu yang selalu kawin cerai. Aku tidak menyalahkan keputusan ibu dan ayahku karena aku tidak tau dalamnya hati mereka, aku juga tidak tau apa yang mereka inginkan dan mereka rasakan. Mungkin keputusan mereka adalah yang terbaik untuk semuanya. Akan tetapi hal yang blum bisa aku terima hingga sekarang. 3 hari setelah mereka berpisah, ibu dan ayah memperebutkan adik kecilku. Adik kecil yang belum bisa mengerti keadaan itu. Hingga keluarga ini membawa masalah ini keranah hukum dan akhirnya keputusan pengasuhan dimenangkan oleh ibuku. Ibuku senang sekaligus sedih. Ia senang karena ia mendapatkan kembali adik kecilku. Dan sedih karena ibu harus berpisah dengan ayah.

Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, malam harinya ketika aku tidur di dekat adik kecilku, tiba-tiba ibuku membereskan baju-baju adik kecilku dan mengumpulkan segala milik adik bayi. Aku mendengar di luar ada sebuah mobil dan ada sepasang suami istri yang masih aku kenal. Mereka adalah keluarga jauh ibu yang tinggal diluar kota. Mereka membawa dedek kecilku pergi. Waktu itu aku pura-pura tertidur sambil meneteskan air mata. Dedek kecilku dibawa mereka ketika aku belum sempat mendengar suara indahnya. Belum sempat bermain dan mengajarinya berlari, bermain sepeda main masak-masakan dll. Mereka membawa dedek kecilku selamannya.

Saat itu aku benar-benar marah kepada ibuku, kau marah karena keputusannya. Marah karena ibuku menjauhkanku dengan dedek kecilku. Aku menangis dengan mata terpejam di kasur dekat tempat tidur adik kecilku. Aku peluk guling kecil yang ada di sebelahku. Aku titipkan adik kecilku padaNYA. Pada Allah. Waktu itu aku meminta kepada Allah “YA Allah, pasti engkau melakukan ini karena engkau ingin memberikan yang terbaik buat adik kecilku, pasti dia akan memiliki keluarg yang utuh, aku titipkan dia Ya Allah. Jangan buat adik kecilku merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Cukup aku Ya Allah. Jangan adikku”.

Seperti itulah kreatifitas berpikirnya pada saat itu. Kreatifitas itu sendiri adalah suatu aktifitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya). Sehingga proses kreatifitas bukan hanya sebatas menghasilkan sesuatu yang bermanfaat saja (meskipun sebagian besar orang yang kreatif hampir selalu menghasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang bermanfaat).

Setelah kejadian itu, ibuku pergi keluar negeri. Mungkin ibu ingin menenagkan hatinya. Atau mencari suasana baru dalam menemukan kebahagiaan hidupnya. Sedangkan aku tetap dengan hidupku. Aku tetap sekolah sebagaimana mestinya. Jiwa ini mungkin kelihatan cuek dan sehat seakan-akan lingkungan tidak pernah tau apa yang aku rasakan dan aku pikirkan. Senyum ini selalu membuatku seakan menjadi pribadi yang kuat dalam kerapuhan.

Hari demi hari selalu aku lewati dengan cuek, seakan masa lalu itu terlupakan. Hingga akhirnya aku tumbuh dewasa dan meneruskan pendidikan diperguruan tinggi untuk mencapai impian dan cita-citaku. Walaupun kemampuanku standar tapi aku memiliki keinginan yang kuat untuk menggapai mimpi. Inteligensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh , memanggil kembali (recall), dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat.

Hingga saat ini aku selalu merindukan sosok adik kecilku dalam kehidupanku. Ketika aku melihat ada adik kecil yang lain dalam kehidupanku. Aku selalu teringat adik kecilku. Aku menyayangi mereka layaknya adik kecilku. Dengan harapan di sisi adik kecilku akan ada sosok kakak yang juga sangat menyayanginya. Yang bisa menggantikan posisiku. Dan saat ini aku memutuskan untuk bekerja di Lembaga Bimbingan Belajar untuk mengajar anak-anak. Ketika aku bersama siswa-siswaku di lembaga. Aku berusaha menunaikan kewajibanku sebagai seorang kakak. Yang sedidaknya itu dapat menggantikan kewajibanku terhadap adikku sendiri.

Kebahagiaan yang luar biasa aku rasakan bukan saat aku mendapatkan gaji ketika aku mengajar mereka. Tapi ketika aku berhasil mendidik mereka menjadi pribadi yang baik, pribadi yang lebih dekat dengan Allah, pribadi yang sopan, dan tentu pribadi yang jauh lebih baik. Sampai saat ini, ketika aku belajar bersama dengan mereka, hal yang paling membuat hati ini bahagia ketika kedatanganku ditunggu oleh mereka, ketika senyuman dan semangat mereka menyambut kehadiranku sebagai sosok yang juga ingin belajar bersama mereka.

Aku hanya manusia yang biasa, kemampuanku juga biasa, merekalah yang membuatku menjadi luar biasa. Ketika mereka menganggapku sebagai seorang guru, aku hanya bisa tersenyum. Karena mungkin menurut mayoritas orang Mengajar dalam artian seorang GURU adalah profesi. Tapi bagiku, Mengajar bukanlah profesi melainkan suatu kewajiban setiap muslim. Karena setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengamalkan ilmu mereka. Dan inilah caraku menunaikan kewajibanku dan untuk setidaknya menggantikan kewajibanku kepada adik kecilku tercinta.

Semoga adikku juga memiliki kakak-kakak yang juga sangat menyayanginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun