Mohon tunggu...
Dyanita Utami
Dyanita Utami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semangat yang Tak Pernah Padam

23 November 2017   18:35 Diperbarui: 23 November 2017   18:37 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak tahu lagu kebangsaan Negara nya sendiri ? nama WR soepratman atau wage supratman bukanlah hal yang asing bagi penduduk Indonesia. Film wage yang bergenre drama menceritakan perjuangan seorang wage supratman, seorang pria kelahiran Somogari pada 19 maret 1903, desa yang dibangun oleh sisa sisa laksar pasukan Pangeran Diponegoro.

Wage supratman, pemuda yang menciptakan lagu Indonesia raya, dimana lagu ini merupakan lagu kebangsaan Indonesia hingga saat ini, lagu yang adalah symbol dan identitas dari bangsa Indonesia yang pertama kali dikumandangkan bersamaan dengan ucapan Sumpa Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Wage belajar bermain music dari kakak iparnya sehigga ia dapat bermain music dengan baik bahkan mengubah beberapa lagu, semua ini dikambangkan olehnya dengan rasa nasionalisme yang tinggi. Semua ini perwujudan dari bangkitnya kesadaran pemuda pemuda Indonesia dan perlawanan terhadap penjajah. Bersama sama sebgai kesatuan, satu bangsa yaitu Indonesia Raya yang tidak lagi ada perbedaan.

Lagu Indonesia raya dibuat Wage supratman saam ya berumur 21 tahun dimana semangat Wage yang terus membara dan dikobarkan untuk terus melawan penindasan yang dilakukan oleh penjajah Indonesia. Semua daerah daeah pejuanglah yang menjadi salah satu semangat Wage Supratman untuk meninggalkan segala kemewahan yang dirasakan di Makassar dan kembali ke Jawa. Semangat tersebut jugalah yang kemudian mengantarkan Wage Supratman untuk melibatkan langsung ke dalam pergerakan kemerdekaan di tanah Jawa.

Wage memutuskan untuk menjadi jurnalis yang dapat menulis atau menyuarakan segala penderitaan yang dialami rakyat rakyat kecil. Dan beliau membuat karya lagu terakhirnya sebulum ia mengeluarkan nafas terakhirnya pada 17 agustus 1938.

Kelebihan dari film ini adalah pemeran tokoh utama oleh Rendra Bagus pamungkas sangan menjiwai untuk memerankan seorang Wage supratman. Ia mengakui ia mengutamakan pemaknaan rasa dikarenkan sumber bayangan wage sangatlah sedikit. Pengambilan gambar pada film ini cukup baik. Namun kekurangan juga dapat dilihat di film ini. Dimana alurnya yang cukup monoton dan kurang detail sehingga kurang untuk menjelaskan betapa marahnya Belanda kepada Wage Supratman.

-film  Wage November 2017- 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun