Harus jujur diakui, betapa kita sedang hidup dilingkupi oleh pelbagai ketimpangan tiada tara di segala aspek hidup dalam berkehidupan. Dan, itu fakta realita yang tak dapat dipungkiri. Mengapa?
"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8:12)
"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan." (2 Korintus 8:13)
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan". (2 Korintus 8:14)
"Seperti ada tertulis: 'Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan'." (2 Korintus 8:15)
Karenanya, menuju hidup dengan penuh keseimbangan dan penuh kebajikan di keseluruhan aspek hidup adalah jawaban terhadap ketimpangan hidup. Lantas, bagaimanakah kita seharusnya?
Mari mendayagunakan akal sehat, sebagaimana firman-Nya:
"Siapa yang memperoleh akal budi, mengasihi dirinya, siapa berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan". (Amsal 19:8)
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu". (Filipi 4:8)
Semoga, akal sehat kita masih berpikir tentang keseimbangan hidup, sadar bahwa kita masih dikungkung oleh ketimpangan hidup di keseluruhan aspek hidup dalam berkehidupan ...
*****
Kota Malang, Agustus di hari ketiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.  Â
 Â