Mohon tunggu...
Dyah Ayu Kusuma Dewandaru
Dyah Ayu Kusuma Dewandaru Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang perempuan yang gemar menulis puisi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tenun Ikat Kediri dari Masa ke Masa

5 November 2023   17:48 Diperbarui: 5 November 2023   17:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.ngopibareng.id/

Tenun ikat merupakan salah satu bentuk warisan budaya bangsa yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa teknik pembuatan tenun ikat cukup beragam karena pada tiap daerah di Indonesia memiliki teknik tersendiri dalam pembuatannya. Salah satu diantaranya adalah teknik tenun ikat pakan. Teknik ini banyak digunakan di Kota Kediri. Banyaknya industri tenun yang ada menjadikan sentra kerajinan tenun ikat Bandar Kediri tepatnya di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri (Ro'ini, dkk, 2021).

Tenun ikat di Kota Kediri sudah ada sejak zaman penjajahan. Melansir dari laman Indonesiana (website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan), awal mula tenun ikat di Kediri berasal dari usaha milik Djie Ting Hian bernama Tenoen 1925. Pada tahun 1925, Tenoen 1925 mengimpor alat tenun berjumlah 150 buah serta pegawai-pegawai yang terlatih membuat tenun dari Britsch-Indie, dan selanjutnya pegawai-pegawai tersebut melatih penduduk lokal untuk menenun.

Pada tahun 1950-an tenun ikat mulai berkembang. Lahir industri-industri tenun ikat milik masyarakat. Produk yang dihasilkan waktu itu berupa Sarung Palikat atau sarung kotak. Namun dengan adanya perkembangan teknologi membuat perubahan yang signifikan pada produksi kain tenun, di mana pembuatan tenun Palikat beralih menggunakan mesin sehingga harga jual kain menjadi lebih murah. Hal ini menjadi masalah besar sehingga para pelaku usaha tenun melakukan inovasi dengan menciptakan sarung dengan motif lainnya dengan nama Goyor Kembang.

Seiring berjalannya waktu, penjualan sarung Goyor mengalami kejenuhan. Hal ini disebabkan karena permintaan produk tersebut tinggi hanya di saat menjelang hari raya. Oleh karena itu, dengan inisiasi ibu walikota yang menjabat saat itu pengrajin tenun ikat membuat kain tenun ikat dengan motif yang sama seperti pada sarung. Inovasi ini menjadi angin segar bagi industri tenun Kota Kediri karena masyarakat menerima dengan baik produk baru tersebut. Terlebih masyarakat akhirnya mengetahui bahwa kain tenun tersebut merupakan kerajinan tangan bukan dari hasil produksi mesin atau dapat disebut juga dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).

Produk kain tenun melewati banyak proses dalam pembuatannya. Proses pembuatan kain tenun terbagi menjadi dua yaitu proses pembutaan lungsi (dasar warna) dan proses pembuatan pakan (tim Bank Indonesia, 2015). Proses pembuatan lungsi diawali dengan tahap pencelupan benang ke dalam warna yang diinginkan sebagai warna dasar kain. Dilanjutkan dengan pemintalan benang yang telah diberi warna. Kemudian proses selanjutnya adalah proses Skeer dimana benang yang telah dipintal dimasukkan ke dalam Bum atau tempat berbahan kayu yang dibentuk melingkar. Setelah dimasukkan ke dalam bum selanjutnya menyambung satu per satu benang lama yang telah habis dengan benang baru. Proses ini disebut sebagai proses Grayen. Setelah menyelesaikan prosesi tahapan pembuatan lungsi, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pakan atau benang motif. Diawali dengan proses pemintalan benang putih. Selanjutnya proses Reek atau penataan benang pada bidangan untuk mempermudah dalam pembentukan desain. Kemudian proses berikutnya pemberian desain dengan cara menggambarkan desain diatas benang yang telah ditata pada bidangan. Setelah menggambar desain, proses selanjutnya pengikatan motif dengan tali rafia. Bagian yang diikat rafia maka menjadi motif pada kain karena tidak akan terkena warna saat pencelupan. Kemudian dilanjutkan dengan proses pencelupan warna. Apabila pengrajin atau pemesan produk menginginkan warna kombinasi maka dilakukan proses colet. Colet merupakan proses pemberian warna kombinasi pada benang yang diikat dengan tanda lain agar lebih menarik dan menghasilkan motif yang beragam. Setelah dilakukan pewarnaan, selanjutnya dilakukan proses pelepasan tali dan penguraian benang satu per satu. Selanjutnya benang pakan yang sudah diurai akan langsung dipintal menggunakan palet atau tempat penggulungan benang yang berukuran kecil agar dapat masuk dalam teropong. Ketika benang pakan sudah dipintal maka dilakukan proses terakhir yakni proses tenun dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.

Indahnya motif serta warna yang dihasilkan pada kain tenun maupun sarung tentu saja menarik minat banyak pembeli. Bahkan peminat kain sarung maupun kain tenun dari Kota Kediri ini tidak hanya dari masyarakat Indonesia. Melansir dari laman resmi Pemerintah Kota Kediri disebutkan bahwa industri tenun di Kediri telah melakukan kegiatan impor sarung Goyor ke Timur Tengah serta impor kain tenun ke Jepang.

Inovasi yang terus dilakukan pengrajin kain tenun ikat dari waktu ke waktu menghantarkan kain tenun ikat Kota Kediri menjadi warisan budaya yang bernilai tinggi. Tidak dipungkiri produk yang mulanya hanya berupa sarung dengan motif kotak kini menjadi beragam produk. Banyak desainer terkemuka di Indonesia yang menggandeng industri-industri tenun ikat ini untuk menyelenggarakan pagelaran busana atau bahkan menciptakan karya komersil yang dapat dinikmati masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Referensi:

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur. (2022, Desember 30). Sejarah Tenun Ikat Kediri. Indonesiana: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/sejarah-tenun-ikat-kediri/

Pemkot Kediri. (2021, Agustus 18). Kerajinan Kain Tenun Ikat Kota Kediri Tembus Pasar Jepang. Pemerintah Kota Kediri. https://kedirikota.go.id/p/dalamberita/10260/kerajinan-kain-tenun-ikat-kota-kediri-tembus-pasar-jepang

Ro'ini,Y. K., Prahastuti, E., Rahayu, S. E. P. (2021). Upaya Peningkatan Kualitas Tenun Ikat Bandar Kediri. Prosiding Pendidikan Teknik Boga Busana FT UNY, 16(1).

Tim Bank Indonesia. (2015). Profil Tenun Ikat Bandar Kidul. Bank Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun