Mohon tunggu...
Dyah Ayu Lestari
Dyah Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Proses berfikir manusia adalah misteri

Mahasiswi UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep APE Menurut Para Ahli

28 September 2021   00:46 Diperbarui: 28 September 2021   00:52 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenai pengertian dari konsep yakni sebuah ide atau suatu akal pikiran terhadap sesuatu. Konsep menjadi sebuah rancangan dalam suatu hal. Intinya konsep itu seperti halnya gambaran atas sesuatu, dimana konsep tersebut sering kali menjadi patokan atau suatu hal yang harus dicapai. Misalkan ada yang berkata "konsepnya seperti ini" artinya perencanaan yang dibuat tersebut, gambarannya seperti yang telah ditunjukkan.

Beberapa ahli memiliki konsep tersendiri dalam rancangan dan penciptaan alat permainan edukatif (APE) untuk anak usia dini. Seperti halnya Montessori, Elizabeth Peabody, Froebel, dan Cruissenaire, mereka membuat alat permainan edukatif (APE) dengan tujuan yang bervariasi untuk anak usia dini. Berikut konsep alat permainan edukatif (APE) menurut para ahli dan karyanya:

1. Montessori

Alat permainan edukatif (APE) yang diciptakan oleh Maria Montessori dibuat untuk memudahkan anak dalam mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga anak bekerja secara mandiri. APE tersebut dirancang sedemikian rupa oleh Maria Montessori yang tujuannya agar anak mudah untuk memeriksa secara mandiri Ketika terdapat kesalahan saat penggunaan alat permainan dan mereka segera menyadarinya. Banyak TK di Indonesia yang memakai alat permainan edukatif (APE) buatan Montessori. Contoh dari APE yang dibuat oleh Maria Montessori seperti puzzle yang berbentuk geometri.

Puzzle sederhana ini akan memudahkan anak untuk bermain dan mereka juga bisa memperbaikinya jika tidak pas. Jadi, intinya konsep dari alat permainan edukatif (APE) ciptaan Maria Montessori itu lebih mengarah ke pembentukan sikap mandiri. Mereka akan berusaha untuk membenarkan jika ada kesalahan, kecuali hal tersebut sangat sulit. Mereka akan meminta pertolongan mama, guru ataupun saudara.

Selain puzzle, Montessori juga menciptakan alat-alat permainan lain untuk anak usia dini. Alat permainan tersebut antara lain:

  1. Mainan alat timbang-timbangan
  2. Mainan dengan bentuk-bentuk; seperti bentuk segitiga, bentuk segi empat, bentuk segi enam yang dipecah-pecah dan lain-lain
  3. Mainan dengan bentuk-bentuk 3D; seperti kerucut, bentuk kubus, bentuk prisma, bentuk bola, bujur telur, dan bentuk limas
  4. Mainan silinder dengan ukuran serial berjumlah sepuluh ukuran
  5. Mainan tongkat ukuran desimeter, meter
  6. mainan bergambar yang dicontoh; maksudnya akan akan mencontoh gambar yang telah ada. Hal ini bisa menjadi bahan ntuk mengembangkan motoric halus anak

2. Elizabeth Palmer Peabody

Alat permainan edukatif (APE) yang diciptakan oleh Elizabeth Peabody ini berupa boneka tangan. Tujuan dari APE boneka tangan yang dibuat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. APE tersebut mengacu pada aspek perkembangan Bahasa anak yakni kosa kata. Oleh karena itu, untuk memainkan boneka tangan saat pembelajaran diperlukan pemilihan sebuah tema yang sesuai dengan pengetahuan anak dan budaya anak secara sederhana.

APE boneka tangan sudah banyak diproduksi di Indonesia. Namun, agar lebih hemat kita juga bisa membuat boneka tangan sendiri dengan bahan-bahan yang ada sperti kain bekas atau sisa baju yang disebut dengan kain perca, kemudian dibentuk sesuai pola yang diinginkan, digunting dan dijahit permukaan tepinya. Selain kain, kita juga bisa menggunakan kain flannel agar terkesan lebih halus dan warnanya menarik. Kita juga dapat menambahkan dakron atau kapas di bagaian kepala atau anggota yang lain agar terkesan lebih berisi. Jadi, intinya konsep dari alat permainan edukatif (APE) ciptaan Elizabeth Peabody ini tertuju pada aspek perkembangan Bahasa anak.


3. Friederich Froebel

Alat permainan edukatif (APE) yang diciptakan oleh Froebel ini berupa permainan berbentuk kotak kubus yang disebut dengan balok blockdoss. Balok blockdoss adalah sebuah kotak yang berukuran sama sisi yaitu 20 x 20 cm dan terdiri dari balok-balok kecil didalamnya. Balok-balok kecil tersebut juga memilik beragam ukuran dan nantinya akan dimasukkan ke dalam balok blockdoss sesuai dengan bentuknya. Mainan tersebut dibuat dengan tujuan agar digunakan ntuk melatih fisik motoric anak dan daya nalar pada anak.


4. George Cruissenaire

Alat permainan edukatif (APE) yang diciptakan oleh George Cruissenaire berupa balok yang memiliki berbagai macam ukuran dan beragam warna. Alat permainan edukatif (APE) ini diciptaan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak usia dini. Kemudian untuk pengenalan pada bilangan dan juga untuk meningkatkan keterampilan bernalar anak, sehingga hal tersebut kemungkinan akan meningkatkan kecekatan berpikir pada anak.

APE yang dibuat ini dapat dimainkan oleh anak usia 3-4 tahun. Anak pada usia ini termasuk dalam masa tahap pra-oprasional, dimana anak telah mampu untuk memiliki gagasan atau ide abstarak dan sangat dipengaruhi oleh kemampuan anak dalam berlogika dan juga berbahasa. Mereka mulai memahami dunia yang ada di sekitarnya melalui logika, symbol-simbol Bahasa, dan matematika. 


Demikianlah konsep alat permainan edukatif (APE) menurut para ahli. Mereka sangat memperhatikan betapa pentingnya tujuan dari pembuatan alat permianan edukatif (APE) tersebut. Mereka memikirkan dampak apa yang diperoleh setelah memainkan alat permainan yang dibuat. Jadi, mereka juga menentukan fungsi untuk anak usia dini dari mengapa alat permainan edukatif (APE) diciptakan.

Agar penggunaan alat permainan edukatif (APE) lebih efektif dan bisa menstimulus secara optimal, maka kita perlu memilih dan memberikan alat permainan edukatif yang sesuai dengan tingkatan usia mereka. Karena tingkat kesulitan dari alat permainan yang digunakan umunya berbeda sesuai jenjang usia anak. Seperti contoh mainan puzzle, untuk anak usia 2 tahun terdiri atas 4 keping, sedangkan untuk anak usia 5 tahun terdiri atas 8 keping.

REFERENSI

Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun