Mohon tunggu...
Dwi Yuliati
Dwi Yuliati Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Freelancer | Badminton Lovers

Man Jadda Wajadda

Selanjutnya

Tutup

Money

Rencanakan Masa Depan Lebih Baik dengan Perbankan Syariah

13 Januari 2018   23:25 Diperbarui: 14 Januari 2018   06:25 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuruti gaya hidup memang tidak akan pernah ada habisnya. Pernahkah kita menemukan orang yang selalu mengikuti perkembangan zaman ? Saya yakin pernah, dan mungkin banyak. Atau mungkin kita sendiri yang mengalaminya.

Belakangan ini muncul suatu istilah yang dinamakan masyarakat urban atau kaum urban. Sebenarnya apa sih masyarkat urban itu ? Menurut KBBI , urban diartikan dengan orang desa yang pindah ke kota, berkenaan dengan kota. Jika kita amati, masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan gaya hidupnya cenderung up to date. Mereka mengikuti trend yang sedang terjadi dengan begitu cepat dan tidak ingin tertinggal dengan yang lain.

Ciri kaum urban yang paling terlihat sekali adalah sangat dekat dengan internet.  Coba kita lihat di sekeliling kita, jangankan kafe, rumah makan biasa pun sudah menyediakan fasilitas wifi bagi para pengunjungnya. Dengan adanya beragam kemudahan dalam mengakses informasi sehingga menjadikan smartphone maupun gadget sebagai alat yang paling berpengaruh bagi kaum urban.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup urban saat ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan teknologi. Namun, selain itu ada beberapa kaum urban yang hanya ikut-ikutan untuk menjaga gengsi mereka karena malu jika dianggap ketinggalan zaman. Sebagian besar lainnya lagi, memang mengikuti arus perkembangan zaman dan melakukannya untuk kesenangan mereka.

Masyarakat urban cenderung boros dalam hal keuangan. Bahkan, tak jarang pula yang menghabiskan gajinya hanya untuk bersenang-senang. Pada saat ini dengan mudah kita akan menemukan pusat-pusat perbelanjaan, restoran, kafe, tempat karaoke, maupun tempat-tempat lainnya yang menyediakan kesenangan untuk kaum urban.

Suatu ketika saya sedang bersama dengan adik sepupu saya. Kebetulan Dia mengajak main keluar nongkrong ke sebuah kafe. Sesekali keluar main tak apalah pikirku. Tapi, pada saat kita mengobrol lebih jauh, dia mengatakan "Gajiku habis mbak buat hangout sama teman-teman, sekedar untuk makan, jajan, beli ini beli itu, bahkan nggak ada sisa buat nabung, yang penting cukup untuk jajan", begitulah sepenggal perkataan dia.

Saya sendiri sebenarnya sangat menyayangkan sikap ataupun gaya hidup yang seperti itu. Memang, saat ini kita masih muda, mungkin belum ada tanggungan ekonomi yang berarti, yang penting bisa untuk bersenang-senang. Tetapi, hal tersebut tidak baik untuk jangka panjang. Bagaimanapun juga kita harus memikirkan masa depan.

Apa yang dialami oleh adik sepupu saya juga bertolak belakang dengan pemikiran saya. Terlebih saya yang kuliah jurusan ekonomi tentu tak sependapat dengan sepupuku itu. Kita juga harus memikirkan secara finansialnya jika harus terus-menerus mengikuti perkembangan zaman. Gaya hidup kaum urban yang konsumtif tak selamanya harus diikuti. Karena bagaimanapun kita harus berpikir untuk jangka panjang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan setahun kemudian, dua tahun kemudian, atau bahkan 10 tahun kemudian.

Gaya hidup kaum urban umumnya cenderung boros. Padahal kita harus berpikir ekonomis. Jangan sampai penghasilan kita lebih kecil daripada pengeluaran yang akan menyebabkan besar pasak daripada tiang.

Alangkah lebih baiknya jika kita membuat skala prioritas kebutuhan kita.  Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Saya yakin, masyarakat urban saat ini lebih banyak yang hanya sedekar 'ingin' daripada 'butuh'. Coba kita pilah-pilah kembali mana yang benar-benar kita butuhkan. Sayangkan jika uang terbuang sia-sia hanya untuk memenuhi gengsi belaka. Lebih baik uangnya dipakai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Sesekali untuk memenuhi keinginan tak apa, tapi kalau berkali-kali, lebih baik pikirkan kembali. Jangan sampai kita menyesal nantinya.

Saya pernah mengikuti sebuah seminar yang diadakan di kampus ku waktu itu. Tema yang diambil dalam seminar tersebut sangat menarik, yaitu 'Peranan Financial Planning dalam Membangun Ketangguhan Ekonomi Keluarga'. Yang pada intinya dalam seminar tersebut saya diajarkan untuk mengatur dan mengelola bahkan merencanakan masa depan finansial dengan lebih baik. Obyek pembahasan yang diambil adalah ekonomi keluarga, hal ini dikarenakan banyaknya masalah rumah tangga yang bersumber dari masalah ekonomi. Maka hal tersebut mengajarkan saya akan pentingnya merencanakan masa depan terkait dengan finansial. Materi seminar tidak hanya ditujukan kepada mereka yang sudah berumah tangga, tapi berlaku juga bagi yang masih lajang sebagai bekal masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun