Mohon tunggu...
Dwi Retno Rahayu
Dwi Retno Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Prodi Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Teori Efek Jarum Hipodermik pada Audiens Sinetron "Dari Jendela SMP"

17 November 2021   00:54 Diperbarui: 17 November 2021   00:57 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/sandrinna_11 

Media massa memiliki peranan yang cukup besar bagi perkembangan emosional, sosial, dan moral bagi generasi muda bangsa. Khususnya tayangan televisi yang ditujukan untuk remaja, seperti contoh salah satu sinetron yang saat ini telah banyak diminati khalayak umum "Dari Jendela SMP"misalnya.

Sinetron yang tayang pada golden time ini tak pernah sepi peminat dari mulai awal ditayangkannya pada 29 Juni 2020 hingga saat ini. Sinetron "Dari Jendela SMP" sendiri mengisahkan Joko seorang anak dari asisten rumah tangga yang berprestasi sehingga dapat bersekolah di sekolah elit, tetapi karena latar belakangnya ia menjadi sasaran bully dari teman-temannya. 

Konflik awal terjadi ketika Wulan hamil akibat perbuatan yang dilakukannya dengan Joko. Sampai disini publik mulai menilai ketidak layakan hal tersebut untuk disiarkan pada media massa mengingat jam tayang yang masuk pada golden time, dimana  khalayak yang menonton diperkirakan dengan rentan usia yang luas. 

Selain hal tersebut dengan latar belakang karakter yang masih berada pada usia SMP, beberapa alur cerita dan visualisasi dianggap tidak sesuai apalagi dengan fokus utama romansa remaja yang terasa terlalu berlebihan bagi remaja. Tak tertinggal pula masalah hubungan tidak sehat yang terjadi pada para pemeran orang tua disana yang agaknya menjadi suatu nilai negatif dipandangan khalayak.

KPI pun sempat memberi teguran bertanda tangan Ketua KPI Pusat yang menganggap visualisasi dan alur cerita tersebut kurang pantas untuk anak remaja. Dilansir dari idtimes.com sebelum penayangannya pihak penyelenggara sempat mengadakan pertemuan dengan KPI untuk meluruskan bahwa mereka memastikan tidak akan ada adegan hamil seperti yang dikhawatirkan oleh publik. 

Tetapi perwakilan KPI menyebutkan bahwa pihak KPI akan memantau untuk memberikan keputusan dan sanksi jika ada jalan jalan cerita yang tidak pas untuk remaja. Terlepas dari beberapa penilaian negatif dari sebagian masyarakat tetap tidak menurunkan minat public pada sinetron tersebut, dilansir dari ulasku.com tercatat rating penayangan hingga 12/11/2021 tetap dapat bertahan pada peringkat lima besar. Hal tersebut menunjukkan besarnya minat masyarakat pada sinetron tersebut.

Dikutip dari laman nasional.sindonews.com, KPI telah melaksanakan riset pada semester pertama tahun 2021 yang melibatkan 108 informan ahli yang berasal dari 12 kota dengan hasil secara umum mencapai angka indeks 3.09 . Hasil riset selama 5 tahun berturut-turut (2017-2021)  memperlihatkan adanya kemajuan dalam nilai indeks dalam beberapa tayangan televisi. Berbanding terbalik dengan hala tersebut program sinetron menempati posisi terakhir dengan kemerosotan indeks nilai kelayakan paling banyak yaitu dengan nilai 2.56. 

Beberapa ulasan netizen mengenai tayangan sinetron "Dari Jendela SMP" juga mengungkap rasa tidak nyamannya dengan efek yang ditimbulkan dari tayangan tersebut. 

Dikutip dari laman id.quora.com, beberapa siswa SMP merasa tidak nyaman pada perilaku normalisasi aktivitas romansa berlebihan di sekolah. Beberapa juga menggambarkan bahwa sebagian dari mereka merasa tidak baik ketika tidak memiliki pacar. Mereka sangat menyayangkan bagaimana jauhnya pergeseran nilai, dengan berubahnya prioritas seorang pelajar dari belajar kearah mencari pasangan, dan terlebih aktivitas romansa tersebut dapat mengganggu aktivitas belajar para siswa.

Kasus tersebut diatas kemudian kita kaitkan dengan teori efek media yang mencocoki yaitu Teori Jarum Hipodermik atau teori peluru yang dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann.  Pandangan dalam teori ini adalah bahwa media massa memiliki pengaruh kuat pada audiens atau khalayak, atau dapat juga dikatakan bahwa media is powerfull. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun