Mohon tunggu...
DWI RATNA
DWI RATNA Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Nama saya Dwi Ratna, akrap dengan sapaan Dwi, saya berasal dari kabupaten Sidoarjo, provinsi Jawa Timur. Saat ini saya menjadi mahasiswa baru di Univeritas Airlangga, program studi S1 Akuntansi, dan saya tergabung di Universitas Airlangga mengguanakan jalur seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP).

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Peran Mahasiswa UNAIR dalam Membangun Kepercayaan Masyarakat sebagai Kekuatan Berkelanjutan dalam Dunia Brand

5 Agustus 2025   23:05 Diperbarui: 6 Agustus 2025   00:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Esai ini berargumen bahwa masyarakat, bukan influencer, memiliki peran yang jauh lebih signifikan dan mendasar dalam membentuk citra dan reputasi suatu merek. Kekuatan kolektif masyarakat, yang berakar pada kepercayaan dan pengalaman otentik adalah fondasi kokoh yang menentukan keberhasilan atau kegagalan merek. Pandangan ini tidak hanya relevan dalam konteks pemasaran, tetapi juga memiliki makna penting bagi mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) dalam mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan. Ada empat poin utama yang mendukung argumen ini:


Masyarakat adalah penentu utama citra merek. Influencer mungkin bisa menciptakan kesadaran awal, tetapi yang memelihara dan memperkuat citra merek adalah persepsi kolektif dari konsumen. Sebuah merek dapat menghabiskan banyak uang untuk influencer, tetapi jika produknya tidak memenuhi ekspektasi, citra positif yang dibangun akan runtuh dengan cepat. Sebaliknya, kepercayaan yang dibangun dari pengalaman nyata dan kualitas produk akan menjadi benteng yang kuat.  


Kekuatan kolektif masyarakat bersifat permanen. Stigma negatif atau boikot dari masyarakat bisa melekat selamanya, dan upaya perbaikan reputasi dengan menyewa influencer sering kali sia-sia. Stigma masyarakat adalah hasil dari akumulasi ketidakpuasan dan kekecewaan yang tulus, berbeda dengan opini influencer yang bisa dibeli. Ini membuktikan bahwa kekuatan masyarakat melampaui pengaruh sementara dari seorang individu.  


Kekuatan mulut ke mulut lebih otentik dan dapat dipercaya. Rekomendasi dari teman, keluarga, atau tetangga sering kali terasa lebih otentik dan dapat dipercaya daripada ulasan berbayar dari influencer. Konsumen semakin cerdas dalam membedakan antara endorsement yang tulus dan yang hanya sebatas pekerjaan, dan ulasan influencer yang berlebihan sering kali menimbulkan skeptisisme. Promosi paling kuat dan berkelanjutan adalah yang datang dari pengalaman nyata dan dibagikan secara sukarela oleh masyarakat. Tanpa masyarakat, influencer tidak berarti apa-apa. Influencer mencapai ketenaran atau viral karena interaksi dan dukungan dari jutaan pengikut mereka. Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 284,44 juta jiwa pada pertengahan 2025, jauh melampaui jumlah influencer yang hanya sekitar 1,1 juta, hal ini membuktikan bahwa influencer adalah produk dari ekosistem digital yang didominasi oleh masyarakat. Mereka hanyalah corong yang memanfaatkan perhatian masyarakat, bukan representasi tunggal dari suara konsumen.  


Kasus food vlogger Codeblue menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat dapat menentukan nasib sebuah merek. Meskipun satu influencer mungkin menjadi pemicu, kehancuran bisnis adalah hasil dari respons masyarakat yang menyebarkan informasi dan menciptakan persepsi kolektif yang sulit dibendung. Hal ini menunjukkan dampak signifikan dari kekuatan masyarakat terhadap kelangsungan sebuah usaha.  


Sebagai mahasiswa UNAIR, relevansi argumen ini sangat besar dalam mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan. Mahasiswa dapat menjadi katalisator perubahan dengan menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Kita harus menggunakan kekuatan "mulut ke mulut" untuk mendukung produk lokal, UMKM, dan merek yang memiliki nilai etis dan berkelanjutan. Dengan menyebarkan informasi yang akurat dan positif tentang merek yang layak didukung, kita dapat membangun citra merek yang sehat dan berkelanjutan, di mana kualitas dan etika lebih dihargai daripada popularitas sesaat. Peran kita adalah mengembalikan kekuasaan kepada masyarakat, tempat di mana kepercayaan sejati dan keberlanjutan sebuah merek dapat tumbuh dan berkembang.

Dipersembahkan oleh:
Garuda 08 dan Ksatria 17,
Universitas Airlangga.

Penyusun:
Dwi Ratna - FEB
Zaneta Tertia Prayoga - FK
Dhea Ayu Pratiwi - FST
Dhini Mahdiyyah Rahmah - FISIP
Safira Dewi Adindra - FV
Fika Zahra Athira - FV
Kezia Fedora Callista Sasono - FK
Ujang Abdul Rozak Miko - FV
Salsabil Riendra - FV
Dwi Ayu Wulandari - FV
Sadida Nada Amada Akhmad - FST
Raya Chalisa Fadila - FKG
Hibatullah Akmal Harmadika - FEB
Keyza Mozza Gayatri - FKP
Amelya Putri Yana - FST
Zulaykha Fadia Rachma - FV
Mochamad Choirul Hudha - FKM
Naoki Ananta Pramesta Hartastara - FKM
Dzaky Dwi Syahbana - FIKKIA
Septiana Aulia Endira - FV

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun