DASAR HUKUM INOVASI
Adapun dasar hukum pelaksanaan Inovasi “PADI” yakni sebagai berikut:
- 1. Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
- 2. Undang – undang Nomor 20 tahun 2023 pasal 33 ayat (3) tentang: Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan layanan Pendidikan khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus
- 3. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 40 tentang penyelenggaraan pembelajaran yang harus dilaksanakan secara aktif, efektif, dan menyenangkan.
4. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti melalui pembiasaan membaca selama 15 menit sebelum belajar.
5. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti melalui pembiasaan membaca selama 15 menit sebelum belajar.
6. Peratuaran Bupati Tabalong no 09 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
7. Peraturan Bupati Tabalong no 20 tahun 2022 tentang Inovasi Daerah
PERMASALAHAN
Membaca permulaan sangat penting dikuasai siswa sehingga guru harus memperhatikannya sebaik mungkin, karena keberhasilan pada tahap membaca permulaan akan berdampak besar terhadap peningkatan kemampuan membaca peserta didik selanjutnya. Dalam pembelajaran membaca permulaan anak akan belajar mengenal bagaimana huruf di mana setiap huruf mempunyai bentuk dan bunyi yang berbeda yang kemudian bunyi tersebut dilafalkan sesuai dengan bunyinya. Selanjutnya jika anak sudah bisa mengenal huruf akan diperkenalkan untuk mengeja kata dan membaca kata yang sederhana.
Pada tahap membaca permulaan muncul masalah yaitu kesulitan membaca yang terjadi pada siswa kelas 1 C SDN 2 Pembataan. Kesulitan membaca yang dialami siswa berbeda-beda tingkat kesulitannya, karena setiap individu mempunyai kemampuan dan kecerdasan intelektual yang tidak sama antara individu yang satu dengan yang lainnya. Salah satu bentuk kesulitan membaca permulaan tersebut yaitu kesulitan mengenali huruf. Sebagian dari mereka masih ada yang mengalami kesulitan dalam hal membaca permulaan. Misalnya, siswa masih terbata-bata mengeja kalimat dengan ada jeda waktu yang lambat bahkan huruf konsonan rangkap ”ng”, ”ny” sangat menyulitkan bagi mereka. Siswa juga belum bisa membedakan huruf masih sering tertukar misalnya huruf ”d” dengan ”b”, huruf “g” dan “j”, “f” dan “v”, “i” dan “l”. Mereka juga sulit mengidentifikasi huruf, dan masih sering salah dalam mengucapkan kata yang dibaca serta kurang konsentrasi dalam belajar.
Hasil evaluasi terhadap kemampuan membaca permulaan pada awal tahun pengajaran 2023/2024 pada kelas 1 C SD Negeri 2 Pembataan menunjukkan bahwa dari 26 orang murid hanya 50% yang mampu membaca dengan lancar. selain itu factor rendahnya partisipasi orang tua dalam mendampingi murid belajar di rumah. Jika tidak ditindak lanjuti dikhawatirkan permasalahan ini akan menghambat proses belajar mengajar di kelas yaitu penguasaan materi dari berberapa mata pelajaran kelas 1, minat baca murid rendah, serta akan berdampak di kelas 2 dan boomerang bagi guru yang akan menambut selanjutnya. Kemampuan membaca permulaan yang dimiliki siswa akan sangat berpengaruh terhadap membaca selanjutnya. Dengan demikian,kesulitan belajar membaca permulaan yang dialami siswa benar-benar memerlukan perhatian dan penanganan yang ekstra dari guru untuk mengatasi kesulitan tersebut. Jika kesulitan membaca permulaan dapat teratasi dengan baik maka peserta didik akan mampu dan terampil membaca ke jejang selanjutnya.
ISU STRATEGIS
- Disleksia adalah salah satu jenis kesulitan belajar khusus yang paling umum terjadi pada anak-anak. kondisi ini ditandai dengan kesulitan membaca dan menulis secara akurat dan lancar. disleksia dapat berdampak signifikan pada perkembangan akademik dan sosial anak, sehingga sangat penting untuk ditangani secara tepat. Kelas 1 C di SD Negeri 2 Pembataan berjumlah 26 siswa. 20% Siswa diantaranya mengalami kesulitan dalam membedakan, melafalkan huruf abjad, dan membaca.
- Program PADI (Penanganan Awal Disleksia) perlu dilaksanakan pada kelas 1 C SD Negeri 2 Pembataan:
- 1. Meningkatan kerjasama , kesadaran dan pemahaman tentang disleksia kepada orang tua, guru dan profesional Pendidikan lainnya untuk memberikan dukungan bagi anak-anak peserta didik dengan disleksia.
- 2. Pemanfaatan teknologi seperti media pembelajaran, game, untuk membantu anak-anak disleksia dalam belajar membaca.
- 3. Memberikan penguatan kapasitas Tenaga Pendidik untuk mengembangkan diri melalui pelatihan dan pengembangan professional mengidentifikasi, mendiagnosisi peserta didik yang mengalami disleksia.
- 4. Melakukan penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang disleksia.
- Dengan strategi – strategi yang tepat, penggunaan media pembelajaran dan berkomitmen dari semua pihak, Penulis yakin dapat mengatasi tantangan dan memastikan semua peserta didik dengan disleksia memiliki kesempatan untuk mencapai kesuksesan.
METODE PEMBAHARUAN
Kondisi Sebelum
Sebelum diterapkan program PADI ( Penanganan Awal Disleksia) pada kelas 1 C SD Negeri 2 Pembataan yang berjumlah 26 siswa hanya 50% yang mampu membaca dengan lancar, sedangkan 30 % hanya mampu membaca satu dan dua suku kata, dan 20 % belum mampu membunyikan dan membedakan huruf abjad.
Kondisi Sesudah
Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa pada kelas 1C SD Negeri 2 Pembataan penulis menerapkan Program PADI (Penanganan Awal Disleksia) dengan memetakan kemampuan membaca siswa, menggunakan metode , strategi pembelajaran yang beragam dan menggunakan bermacam alat peraga seperti Kartu Huruf, Scrabble, Dadu Huruf. Program PADI (Penangannan Awal Disleksia) dari tahap uji coba sampai diterapkan program tersebut menunjukkan peningkatan terhadap kemampuan membaca siswa.
Hal tersebut dapat dilihat:
- Siswa antusias dalam belajaran membaca permulaan.
- Siswa mudah membedakan, mengingat huruf abjad dan membunyikannya.
- Siswa tidak merasa bosan dan beban dalam belajar membaca permulaan.
Inovasi PADI (Penanganan Awal Disleksia) akan dilakukan upgrade setiap tahunnya untuk memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik SD Negeri 2 Pembataan berdasarkan kebutuhan siswa.
KEUNGGULAN DAN KEBAHARUA
Keunggulan Program PADI (Penanganan Awal Disleksai) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Program PADI disajikan dalam bentuk kartu, dan permainan, sehingga peserta didik tidak hanya dapat mengulang-ulang pada saat pembelajaran saja namun di setiap tempat dan waktu pada jam istirahat.
2. Penerapan program PADI sangat mudah dan sederhana sehingga peserta didik tidak akan kebingungan apa yang harus mereka baca dan mainkan.
3. Program PADI ini peserta didik memiliki kesempatan serta waktu yang lebih banyak dalam membaca dan melafalkan huruf-huruf abjad, suku kata, kata, dan kalimat karena dilaksanakan setiap hari.
4. Dengan program PADI peserta didik dapat lebih cepat dan mudah menguasai materi membaca huruf abjad, suku kata, kata, kalimat.
5. Sebagai bentuk kolaborasi secara tidak langsung antara guru dan orangtua/wali murid terhadap pendidikan anak-anak di rumah, maka hasil belajar peserta didik berupa kartu huruf, permainan dadu abjad, dadu suku kata dapat dilakukan dirumah, sehingga orang tua siswa dapat mengetahui perkembangan siswa dalam hal membaca.
Kebaharuan program PADI ( Penangannan Awal Disleksia) yaitu:
- 1. Pendekatan yang digunakan lebih individual dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
- 2. Menggunakan media pembelajaran yang beragam untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca berdasarkan kebutuhan individu.
- 3. Fokus pada pengembangan ketrampilan dasar membaca siswa dan menulis
- 4. Meningkatkan kolaborasi antara orang tua, guru, dan Profesional lainnya
- 5. Program PADI (Penanganan Awal Disleksia) dapat diterapkan pada sekolah-sekolah negeri lainnya.
TAHAPAN INOVASI
Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan sebelum dilterapkannya program PADI:
- Berkonsultasi dengan Kepala Sekolah terkait rencana penerapan program PADI;
- Merumuskan metode dan peraga membaca permulaan;
- Membuat alat peraga membaca permulaan untuk diterapkan pada siswa;
- Mensosialisasikan penerapan program PADI kepada seluruh warga sekolah SD Negeri 2 Pembataan;
- Berkolaborasi dengan seluruh guru untuk mengoptimalkan penerapan program PADI agar hasil yang diharapkan dapat lebih maksimal;
- Berkoordinasi dengan orangtua/wali murid untuk berpartisipasi dalam mendampingi peserta didik mengulang-ulang membaca dirumah .
- Melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap penerapan program PADI baik itu memperbaharui alat peraga maupun metode agar pelaksanaan program dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Tujuan inovasi pendidikan dengan program PADI (Penanganan Awal Disleksia) ini adalah:
- Meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, membedakan dan membunyikan huruf Abjad, membaca suku kata, kata, dan kalimat.
- Meningkatkan kepercayaan diri pada peserta didik dalam membaca
- Mengembangkan strategi belajar dan model pembelajaran yang efektif.
Program PADI (Penanganan Awal Disleksia) memiliki banyak manfaat penting bagi Pendidikan anak diantaranya:
- 1. Membantu anak belajar membaca dan menulis dengan efektif.
- 2. Mengurangi resiko kesulitan belajar lainnya seperti pelajaran matematika, Pendidikan Pancasila dll
- 3. Meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri anak.
- 4. Penggunaaan media pembelajaran yang beragam berdasarkan kebutuhan siswa.
Dampak Inovasi PADI
Sebelum diterapkan program PADI (Penanganan Awal Disleksia) hanya 50% peserta didik kelas 1 C SD Negeri 2 Pembataan yang dapat membaca dengan lancar. Maka dari sample yang di ambil dari kelas 1C SD Negeri 2 Pembataan pada tahun pelajaran 2023/2024 ini setelah diterapkaannya program PADI selaman kurang lebih 1 Triwulan 13 orang jumlah peserta didik di kelas 1C SD Negeri 2 Pembataan yang belum bisa membaca dan mengenal huruf, sebanyak 9 orang peserta didik mampu membaca abjad, suku kata, kata dan kalimat dengan benar, Sehingga hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan terhadap kemampuan membaca permulaan peserta didik.
Dampak positif dari Program PADI (Penanganan Awal Disleksia) peserta didik termotivasi dan lebih percaya diri dalam membaca sehingga tidak ada kesenjangan antara siswa yang sudah lancar membaca dan yang memiliki disleksia.
Pembelajaran dengan program PADI (Penanganan Awal Disleksia) memiliki strategi belajar dan media pembelajaran yang menyenangkan, Seperti: menggunakan media Kartu huruf, Dadu huruf, Scrabell. Peserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara bermain game menggunakan alat peraga tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI