Mohon tunggu...
Dwi Oktaviana
Dwi Oktaviana Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang

bukan sempurna, hanya berusaha.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jelajah Sejarah Lokal dan Potensi Unggulan Desa Sarwodadi

15 Agustus 2025   10:35 Diperbarui: 15 Agustus 2025   10:39 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan Gelegar Prakoso sebagai narasumber di Desa Sarwodadi, kesenian Brendung muncul pada awal masa kemerdekaan, yaitu saat Lurah Suyono menjabat. Pada saat itu, masyarakat Sarwodadi belum mengenal hiburan modern seperti radio dan televisi. Oleh karena itu, Brendung diciptakan sebagai hiburan rakyat dan sarana untuk mempererat hubungan sosial masyarakat. Awalnya, pertunjukan ini hanya menampilkan boneka yang digerakkan oleh dua orang. Namun, seiring waktu, kesenian Brendung juga memiliki fungsi spiritual. Boneka Brendung dibuat dari kerangka bambu yang dilapisi kain mori putih, dengan kepala dari batok kelapa cumplung, yaitu kelapa yang dimakan tupai pada malam Jumat Kliwon dan dipercaya memiliki nilai spiritual. Boneka yang biasanya menyerupai perempuan ini akan melewati prosesi "jamas" atau "tandur" di tempat keramat selama tiga hari, dari Rabu Pon sampai Jumat Kliwon, sebelum ditampilkan.

Saat ini, Brendung tidak hanya berfungsi sebagai ritual, tetapi juga sebagai kesenian panggung yang ditampilkan dalam berbagai acara desa. Kesenian ini telah diperkaya dengan tarian tradisional. Tarian tersebut meliputi Tari Sejarah Sarwodadi/Kaso yang menggambarkan awal mula pembukaan desa, dan Tari Brendung yang melukiskan proses ritual saat kemarau dan doa bersama. Keberadaan kedua tarian ini semakin memperkuat nilai edukatif dan estetika dalam pertunjukan Brendung.

Dengan perpaduan hiburan, spiritualitas, dan edukasi, Brendung berperan penting dalam memperkuat identitas budaya masyarakat Sarwodadi. Oleh karena itu, pelestariannya menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan budaya ini agar tidak punah.

Potensi Unggulan: UMKM Telur Asin Sarwosari Khas Desa Sarwodadi

UMKM Telur Asin Sarwosari merupakan produk unggulan khas Desa Sarwodadi yang menawarkan beragam varian unik. Berbeda dari telur asin biasa, produk ini tidak hanya tersedia dalam versi original, tetapi juga diolah melalui proses pembakaran, pengasapan, dan penggorengan. Didirikan sejak tahun 2014, produk ini telah dikenal luas dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Konsumen dapat menemukan Telur Asin Sarwosari di berbagai tempat, mulai dari toko oleh-oleh, pasar tradisional, hingga platform belanja online.

Telur Asin Sarwosari memiliki potensi unggulan yang luar biasa, berkat kombinasi inovasi produk, kualitas bahan baku, dan strategi pemasaran yang cerdas. Berbeda dari produk telur asin pada umumnya, UMKM ini tidak hanya mengandalkan varian original, melainkan juga berinovasi dengan menciptakan varian baru yang menarik, seperti telur asin asap dan telur asin goreng. Inovasi ini menjadi daya tarik utama dan ciri khas yang membedakan produk mereka dari kompetitor.

Kualitas produknya tidak perlu diragukan, karena mereka hanya menggunakan telur bebek kampung pilihan dan menerapkan proses produksi yang teliti, yang menghasilkan cita rasa gurih dan tekstur yang pas. Selain itu, strategi pemasaran yang efektif melalui kemitraan dengan toko oleh-oleh di berbagai kota seperti Pemalang, Tegal, dan Dieng, memperluas jangkauan pasar mereka secara signifikan. Dengan mengoptimalkan keunggulan ini, UMKM Telur Asin Sarwosari tidak hanya berhasil menjadi produk unggulan lokal, tetapi juga memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi salah satu ikon kuliner khas daerah.

Setelah menjelajah sejarah, kebudayaan, dan potensi unggulan Desa Sarwodadi, terlihat jelas bahwa desa ini adalah perpaduan harmonis antara masa lalu dan masa depan. Warisan sejarahnya yang kaya, mulai dari makam keramat hingga nama lama "Kaso," berpadu dengan kekayaan budaya Brendung yang terus dilestarikan. Di sisi lain, potensi ekonomi yang unggul melalui UMKM Telur Asin Sarwosari menunjukkan semangat inovasi yang kuat. Keseluruhan elemen ini menjadikan Desa Sarwodadi bukan hanya sekadar tempat, melainkan sebuah entitas yang hidup dan terus berkembang, menjaga tradisi sambil merangkul kemajuan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun