Mohon tunggu...
Dwi Nur Ahmad Yani
Dwi Nur Ahmad Yani Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perspektif Mahasiswa Menghadapi "New Normal"

20 Juni 2020   00:22 Diperbarui: 20 Juni 2020   00:36 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tiga bulan setelah menerapkan protokol kesehatan yang diberikan oleh pemerinah untuk dirumah saja, Presiden Joko Widodo meminta seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan dengan virus corona. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama tiga bulan lebih usaha jaga jarak (physical distancing) ini berdampak pada keuangan negara. Kondisi ekonomi yang menurun membuat pemerintah memutar otak, merumuskan kebijakan yang ideal untuk pemulihan ekonomi dan penekanan laju penularan. Hingga akhirnya beredar suatu statement dari Presiden bahwa kita harus hidup berdampingan, berdamai dengan Covid-19. Bahkan WHO juga sempat men-declare bahwa virus ini kemungkinan tidak bisa benar-benar hilang dari dunia. 

Sudah berbagai cara Indonesia untuk melawan pandemi Covid-19. Ajakan untuk stay at home, work from home, social distancing, physical distancing, penerapan PSBB, hingga karantina wilayah lokal oleh masyarakat selama pandemi. Keadaan ini masih melalui banyaknya masalah yang menghambat penurunan infeksi Covid-19 di Indonesia. Tenaga medis yang kekurangan alat pelindung diri (APD), bantuan sosial yang berbelit-belit dan tidak tepat sasaran, serta masih banyak lagi isu-isu yang tampaknya dijadikan kesempatan untuk melanggengkan suatu kepentingan.

Pemerintah Indonesia sudah membuka kembali toko, UMKM, kantor, dan lain sebagainya secara bertahap dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan new normal. 

Para mahasiswa yang tidak siap dengan new normal melihat bahwa peningkatan kasus di Indonesia yang masih terjadi berpotensi menyebabkan bertambahnya kasus yang lebih parah lagi. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan orang lain juga menjadi alasan mengapa sebaiknya kebijakan yang diambil untuk pembelajaran adalah dengan tatap muka secara daring. Tidak hanya itu, mereka juga beranggapan bahwa new normal bisa saja mengarah pada herd immunity.

Pemerintah harus fokus dan bersungguh-sungguh atas kebijakan yang dibuat dan didasarkan pula dengan justifikasi ilmiah atau hasil penelitian dari negeri sendiri. Lelah rasanya jika negara berdaulat ini hanya mensitasi dari negara lain yang kondisinya tidak sama persis dengan Tanah Air. Maka memperbanyak riset dan mengedukasi masyarakat menjadi penting untuk terus dilakukan dan digencarkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun