Mohon tunggu...
Dwina RahmadhinaFarera
Dwina RahmadhinaFarera Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR

Mahasiswa baru Manajemen Perkantoran Digital UNAIR dengan minat di bidang analisis data dan perencanaan strategis, serta pengalaman menjuarai olimpiade matematika dan aktif dalam kegiatan kemanusiaan. Terampil dalam photo editing, perencanaan kegiatan, dan berkomitmen untuk terus belajar serta berkontribusi menciptakan dampak positif di dunia digital.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Pemasaran Influencer: Antara Manfaat dan Risiko bagi UMKM, Brand manager dan masyarakat

6 Agustus 2025   00:51 Diperbarui: 6 Agustus 2025   00:51 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Ksatria 4 Garuda 24


Perkembangan teknologi dan media sosial telah membawa perubahan besar dalam strategi pemasaran. Salah satu tren terbesar saat ini adalah pemasaran melalui influencer, di mana individu dengan basis pengikut yang besar di dunia digital mampu memengaruhi keputusan konsumen. Namun, efektivitas sekaligus dampak pemasaran influencer menuai pro dan kontra dari berbagai pihak yang terlibat, terutama ketika muncul pertanyaan: benarkah dampak negatifnya lebih besar dari positifnya? Pemasaran melalui influencer saat ini menjadi salah satu strategi yang banyak digunakan, terutama dalam mempromosikan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, praktik pemasaran ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak yang terlibat, baik pelaku UMKM, brand manager, influencer itu sendiri, maupun masyarakat sebagai konsumen.

Dari sudut pandang pelaku UMKM, kehadiran influencer sebenarnya bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap penjualan dan popularitas produk. Kolaborasi dengan influencer, jika dilakukan dengan tepat dan jujur, mampu meningkatkan peluang dalam memperluas pasar. Kedua belah pihak, baik UMKM maupun influencer, berpotensi mendapatkan keuntungan yang saling menguntungkan. Namun permasalahan muncul ketika promosi yang dilakukan influencer tidak didasari integritas, misalnya dengan memberikan testimoni berlebihan atau tidak jujur atas produk yang sebenarnya kurang berkualitas. Hal ini berisiko memberikan kerugian kepada UMKM, terutama jika masyarakat merasa tertipu dan kehilangan kepercayaan pada produk lokal. Oleh karena itu, pelaku UMKM berharap agar para influencer dapat lebih selektif dan berhati-hati dalam menyampaikan promosi, serta mengedepankan nilai kejujuran.

Dari perspektif masyarakat, pemasaran melalui influencer kerap menimbulkan fenomena "FOMO" (fear of missing out) dan membentuk gaya hidup konsumtif. Banyak masyarakat mengikuti tren semata-mata karena ingin tampil sama dengan idola mereka, tanpa mempertimbangkan apakah produk tersebut benar-benar mereka butuhkan. Selain itu, bentuk pemasaran yang kadang manipulatif juga dikhawatirkan membuat konsumen membeli produk yang kualitasnya tidak sesuai ekspektasi. Hal ini menuntut masyarakat untuk lebih bijak dalam bertransaksi, tidak mudah terpengaruh, dan meningkatkan literasi digital agar bisa menilai produk secara lebih objektif.

Dari sisi brand manager, penggunaan influencer seringkali dinilai sebagai strategi pemasaran yang efisien dan murah, serta dapat meningkatkan produksi barang secara signifikan. Namun di balik keuntungan tersebut, brand juga dihadapkan pada risiko meningkatnya permintaan secara tajam yang kadang tidak diimbangi dengan stok mencukupi, hingga akhirnya menyebabkan kekecewaan pelanggan. Selain itu, pemilihan influencer yang kurang tepat juga dapat berujung pada kerugian baik secara finansial maupun reputasi.

Sementara dari sudut pandang influencer, tidak semua strategi pemasaran yang dilakukan membawa dampak negatif. Banyak juga influencer yang berupaya memberikan edukasi positif kepada masyarakat mengenai produk yang dipromosikan. Namun, tetap diperlukan integritas dan tanggung jawab dalam memilih produk, serta transparansi dalam berpromosi agar tidak menyesatkan pengikutnya.

Berdasarkan semua sudut pandang tersebut, pemasaran influencer memang dapat memberikan dampak negatif yang cukup besar jika tidak diiringi dengan tanggung jawab dan integritas dari semua pihak. Efek negatif, seperti peningkatan perilaku konsumtif dan kepercayaan masyarakat yang mudah dimanipulasi, sangat mungkin terjadi. Namun, apabila masing-masing pihak mampu menjalankan perannya secara profesional dan beretika, maka sisi positif dari pemasaran influencer---terutama bagi pertumbuhan UMKM dan brand baru---masih sangat mungkin untuk dimaksimalkan. Kuncinya terletak pada kejujuran, edukasi, serta kolaborasi yang setara antara pelaku usaha kecil, influencer, dan konsumen. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun