Mohon tunggu...
Dwi Haryanti
Dwi Haryanti Mohon Tunggu... Bukan Pewayang

Tulislah apa yang bisa kau tulis, Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, yang penting mah seneng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ka Bala Ka Bale Ka Balandongan

4 Oktober 2025   15:11 Diperbarui: 4 Oktober 2025   15:22 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"KA BALA KA BALE KA BALANDONGAN"

Mungkin bagi beberapa orang Sunda sudah tidak asing dengan peribahasa berikut, yang mana ungkapan tersebut memiliki arti:

  • Ka Bala : ke tempat kotor yang notabene pada masa lalu mata pencaharian masyarakat itu bertani menyimbolkan sifat Dunia
  • Ka Bale : ke masjid atau tempat peribadatan untuk menyimbolkan Akhirat
  • Ka Balandongan :  tempat hiburan untuk menyimbolkan sifat sosialis

Hal tersebut secara tidak langsung menggambarkan salah satu tindakan yang mana setiap orang dianjurkan untuk seimbang antara dunia, akhirat, dan bersosial. 

Dalam salah satu Peribahasa Indonesia pun tertulis 

"Kejarlah dunia seolah  kamu akan hidup selamanya dan kejarlah lah akhirat seolah akan mati besok, serta sifat sosial itu yang menyelimuti keduanya. 


Bagi penulis hal tersebut bisa digambarkan dengan sikap sodaqoh yang mana sodaqoh merupakan kegiatan mengeluarkan sebagian harta dunia untuk bekal di akhirat dengan jalur sosial.

Murid Kiai Maimun Zubair yang biasa  dikenal dengan sebutan Gus Baha atau Ahmad Bahauddin Nursalim  pernah mengatakan

 “Maka semua ulama sepakat ibadah terbaik adalah menjadi dermawan, Karena meskipun dilakukan oleh orang yang salah tetap benar, Seburuk-buruk dosa ialah pelit Sebab dilakukan oleh orang sholeh sekalipun tetap salah", terang Gus Baha dengan mantap sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @SudarnoPranoto, Senin (26/08/2024).

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

"Tidak satu hari pun di mana pada pagi harinya seorang hamba ada padanya melainkan dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata: "Ya Allah, berikanlah ganti  bagi orang yang berinfak." Dan yang lainnya berkata: "Ya Allah, hancurkanlah (harta) orang yang kikir."

Di antara hal yang bisa kita fahami dari hadits di atas bahwa ash-Shaadiqul Mashduuq, yaitu Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa sesungguhnya para Malaikat berdo’a agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan harta orang yang berinfak.

Dalam Al-Qur'an pun disebutkan tentang keutamaan sodaqoh

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ۝٩٢

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.

Yang secara eksplisit kedua dasar tersebut bisa kita artikan sodaqoh lah dengan harta terbaik, dengan harta yang kita sayangi, dan janganlah khawatir karena sejatinya sodaqoh itu bukanlah mengeluarkan harta namun justru melipatgandakan dari harta sebelum nya.

QS Al Baqarah 261


مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۝٢٦١

Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.

Seperti halnya salah satu kisah sahabat nabi yang melegenda yakni Abdurrahman bin auf yang  mungkin dari kita semua sudah mengetahui kisah sahabat yang satu ini, dimana ia ingin menghabiskan hartanya dengan sodaqoh justru oleh Allah SWT dilipat gandakan, tentu untuk manusia awam hal ini menjadi kebingungan tersendiri, bagaimana bisa kita mengeluarkan harta namun malah menjadi berlipat ganda.

Namun memang begitulah kekuasaanNYA, tidak bisa dicerna oleh akal manusia, karena sejatinya sodaqoh merupakan tindakan mensucikan harta supaya harta yang dimiliki menjadi berkah dan terarah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun