Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menulis itu Berkontemplasi

3 Juni 2017   14:28 Diperbarui: 3 Juni 2017   14:31 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengarang itu adalah pekerjaan yang membuat orang dihantui oleh kesunyian;Putu Wijaya (panajournal.com)

Bertapa dan menuangkan ide

Saya teringat bacaan lama yang selalu menjadi patokan dalam menulis. Dalam pengantar Novel Stasiun Putu Wijaya menulis “Dari awal saya percaya bahwa mengarang adalah pekerjaan yang membuat orang dihantui oleh kesunyian, karena itu semacam pertapaan”.  Tulisan Putu Wijaya itu saya coba rasakan. Memang benar di saat hening sambil duduk di depan laptop saya menuliskan apa saja yang keluar dari pikiran saya. 

Saya tuangkan meskipun pemikiran itu kadang tidak berkualitas, malah kadang nyinyir dan rasanya tidak layak dibaca, tapi kegiatan yang saya lakukan itu sebuah ritual menelusur kesunyian, mengolah kata, mengekspresikan banyak hal sehingga jiwa merasa lega setelah menuangkan ide dalam sebuah karangan, entah secuplik novel, opini, naskah drama, prosa, puisi, sajak atau hanyalah sebuah status di facebook.

Banyak hal yang bisa saya renungi jika membaca tulisan-tulisan Putu Wijaya yang sudah menuliskan ribuan cerpen, tidak terhitung kolom, opini, sajak dan puluhan bahkan ratusan naskah drama. Ia menuliskan sebagai sebuah kegiatan yang membuatnya yakin bahwa menulis bisa menjadi pekerjaan yang menghidupi, memberinya sandang, pangan, dan status sosial. Putu Wijaya menganggap tulisan-tulisan dari maestro, atau pengarang-pengarang besar adalah musuh –musuhnya yang harus dikalahkan, sementara pengarang-pengarang muda  yang kini banyak bermunculan  dengan hebatnya, adalah guru baginya. 

Tulisan Putu Wijaya mempunyai alur yang khas. Karena ia adalah pengarang yang selalu terus belajar dan belajar maka ia menganggap pengarang besar dan pengarang muda harus mampu ia sinergikan sebagai sebuah perumpamaan isi piring yang mengandung unsur masa lalu, masa yang akan datang dan masa kini.

Menjadikan penulis besar pesaing dan penulis muda tempat belajar

Sebagai pembelajar yang mencoba terus berbenah memperbaiki kekurangan- kekurangan sebagai penulis apa yang dikatakan Putu Wijaya itu sangat membekas. Belajar dari pengarang besar dan berusaha menyamai sekaligus mengalahkan kebesaran karyanya itu sebuah tantangan. Itu berarti  seorang penulis atau pengarang harus menantang dirinya mencapai level tertinggi untuk bisa menyamai pengarang besar. 

Putu Wijaya adalah salah satu pengarang besar katakanlah Maestro Sastra Modern. Dengan level yang tersemat seorang penulis pemula bisa belajar dari bagimana Putu Wijaya melalui proses kreatifnya sebagai penulis. Putu Wijaya mengakui tidak semua tulisannya hebat bahkan ada yang jelek sekali. Tapi ia memperlakukan semua karangannya sebagai anak-anaknya yang harus diperhatikan, dipelihara dan disayangi dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa.

Menulis itu bukan hanya sebuah kegiatan plagiasi, mencomot sana-mencomot sini dan menahbiskan diri sebagai pengarang hanya berdasarkan mengumpulkan puzzle – puzzle tulisan dari penulis lain, menulis adalah merenung, melakukan kontemplasi, bertapa untuk mendapatkan inti kehidupan. Belajar mengarang itu adalah bertindak, membaca, merenungi, memperbaiki kesalahan – kesalahan sehingga tulisan yang tercipta menjadi sebuah wujud dari jiwa seorang penulis yang terus melakukan perjalanan spiritual, belajar dari siapa saja, menulis apa saja, dan memberi kepada siapa saja dengan tulus. 

Buah dari ketekunan menulis itu sebuah pengakuan, apresiasi tinggi dari pembaca yang menganggap tulisan yang dishare ke media baik media sosial maupun lini masa, media konvensional, mainstream memberi inspirasi, memberi pencerahan sehingga membuat pembaca berubah dari semula tidak tahu menjadi tahu dari semula jahat kemudian berubah perangainya, dari semula bodoh kemudian merasa lebih pintar berkat tulisan yang ditulis oleh seorang penulis atau pengarang.

Jujur dalam Menulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun