Meskipun tidak produktif dalam menulis saat ini, saya tidak akan melupakan kegiatan menulis. Saat ini boleh saja seabreg kegiatan di tempat kerjaan, membuat produktifitas menulis menurun, tapi hasrat/keinginan menulis tetap berkobar.
Alam telah menciptakan bahwa ada banyak ragam yang bisa dijadikan topik menulis, baik yang receh maupun yang masalahnya berat. Ada banyak cerita ketika kita menyempatkan waktu untuk nongkrong, entah di warung atau kafe. Untuk kafe boleh dihitung dengan jari saya jarang duduk dan melakukan pekerjaan di tempat itu, Bukan karena tidak mau tapi ya masih banyak kebutuhan mendesak lain yang harus dipenuhi daripada sekedar nongkrong dan menikmati gaya sebagai sosialita kota,
Terus terang saya lebih banyak ngopi di pinggir jalan, di warteg dan di tempat yang boleh dibilang tidak berkelas. Sesekali menikmati starling, istilah dari starbuck keliling, alias pedagang asongan yang menjajakan kopi dengan sepeda dorongnya. Setelah itu menikmati lalu-lintas kota yang jarang sekali terlihat teratur. Semrawut, tanpa aturan dan banyak pengguna jalan yang melanggar rambu lalu-lintas. Semakin hari bukan semakin tertata tapi kata orang "nggugu sakkarepe dewe."
Mau belok tanpa sein, atau menyeberang jalan dengan menjulurkan kaki sebagai pengganti sein. Macam-macam tingkah pengendara. Apalagi yang tampak seperti emak-emak yang boleh dibilang sebagai penguasa jalanan. Sein kanan belok kiri, baju panjang melambai-lambai, tidak memperhitungkan keselamatan berkendara. Bahkan ada yang dengan santai ibu-ibu yang menerobos jalan tol dengan motor.
Semakin hari aturan memang seringkali dilanggar, bukan tidak tahu sebenarnya, mereka tahu, tapi demi menyingkat waktu, atau buru-buru sampai tempat tujuan hingga perlu melakukan manuver dengan melawan arus.
Sebetulnya tindakan melawan arus itu sangat mengganggu kenyamanan kendaraan yang sedang melaju. Tetapi ,mental pengendara sudah kebal, boleh dikatakan bebal, susah ditertibkan karena pengin cepat sampai tujuan. Salah satu kendaraan yang sering melanggar adalah sepeda motor. Para pengendara motor yang berjuta-juta jumlahnya tiap hari, seringkali melakukan manuver yang membahayakan keselamatan pengendara lain.
Jalan yang lambat penambahannya, tidak sebanding dengan kendaraan yang tiap hari terus bertambah. Mereka mengendarai motor untuk efisiensi waktu, karena kendaraan umum atau lebih sering dipopulerkan moda transportasi tidak seluruhnya mendukung mobilitas orang yang bekerja contoh khususnya Jakarta.
Merekam Peristiwa Dalam Ruang Lingkup Kehidupan Manusia
Jika dengan sabar anda mengamati fenomena pergerakan kendaraan di jalan, akan muncul fakta bahwa ribuan motor yang memadati jalanan itu mirip seperti koloni semut. Saat berhenti seperti sekumpulan titik yang bergerak, bergegas. Ketika lampu hijau menyala maka koloni itu spontan bergerak maju. Persis seperti koloni semut yang spontan bergerak ketika ada gangguan, Mirip seperti air menghitam yang segera buyar dan menebar ke berbagai arah.
Jakarta terus disibukkan dengan aktifitas yang menguras energi, apalagi ketika harus menembus kemacetan jalanan. Sebuah rutinitas yang kadang membuat emosi menggelegak. Padat berisik dan penuh debu dan udara kotor.
Tapi pada akhirnya banyak orang kompromi, maklum, mereka perlu kerja, demi kebutuhan sehari-hari yang semakin tidak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Semakin banyak godaan berupa hasrat nongkrong, konsumerisme, sosialita, sekedar kongkow-kongkow dan yang penting happy, padahal ketika sampai rumah mereka akan bingung sendiri, sebab terlalu banyak yang dipikirkan termasuk utang yang semakin mencekik. Ada banyak tawaran pinjol, pengin cepat kaya dengan aktif di judol dan pada akhirnya keuangan jebol, rumah tangga ambrol. Wis benar-benar ruwet puoool kata orang Jawa.
Nah, apa yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari itulah yang harus direkam, bisa dihadirkan dengan membuat cerita,  artikel, novel dan karya tulis lain. Sebaran cerita itu benar-benar tidak terbendung kalau seorang penulis benar-benar peka. Sama halnya dengan seniman lukis, gambar yang sering mengabadikan tempat-tempat unik, seperti museum, klenteng, gereja yang bangunannya khas, entah bergaya Eropa, Gotik, Rokoko atau malah khas daerah yang  tidak terdapat di tempat lain. Dengan sketsa, dengan lukisan maka tempat-tempat unik itu akan terekam dan menjadi gambar atau sketsa yang ikonik.