Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Borobudur, Magelang, Kisah Orang-Orang "Terdekat"!

8 Juni 2022   11:05 Diperbarui: 9 Juni 2022   09:06 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemegahan Candi Borobudur|Sumber gambar: Shutterstock via Kompas.com

"Mak, Jegagik. Tiket 750.000 untuk masuk Borobudur? Ah yang benar."

Begitulah ketika media-media melansir pernyataan Luhut Binsar Panjaitan tentang tarif masuk ke Borobudur. La wong 25 ribu zaman dulu saja sudah mikir apalagi 750.000 alias hanya numpang lewat Borobudur dari luar pagar saja selanjutnya keliling area desa wisata, meneropong lewat punthuk setumbu atau nongkrong di parkiran.

Dulu sewaktu kecil, Borobudur memang sudah terkenal namun saya yang rumah tinggal orangtua cukup dekat (dekat untuk ukuran wilayah). Saya di Sawangan Magelang dekat Ketep Pas jarak ke Borobudur kurang lebih 19 kilo. 

Kalau naik angkot ya sekali naik lalu turun di Palbapang terus naik angkot lagi dari Palbapang melewati mendut, lalu turun di terminal Borobudur, selanjutnya jalan kaki kurang lebih 50 meter menuju loket pintu utama Borobudur. 

Di situ sudah disambut pedagang yang menjajakan souvenir atau makanan khas seperti pecel, kelapa muda, dan aneka minum penyegar. Di dekat parkiran mobil berderet souvenir khas seperti patung budha yang terbuat dari cetakan batu, replika Borobudur, topi pandan, dan aneka gantungan kunci. Terdapat juga cobek, sapu, dan barang-barang kerajinan yang diproduksi di daerah sekitar.

Saya sedang membayangkan jika tarif masuk Borobudur 750.000. Siapa yang akan membeli dagangan mereka. Tentu akan sangat sepi pengunjungnya karena terlalu eksklusif para pengunjung yang datang. Yang bisa masuk hanyalah orang-orang berduit dan turis, turis asing kaya raya. 

Harga 50 ribu saja kalau bawa satu rombongan besar keluarga kalau 11 orang sudah terasa merogoh kantong sangat dalam, tidak terbayangkan harus masuk 11 orang (sekeluarga) dengan tarif 750.000. sudah terbayang jutaan rupiah melayang.

Itu pemikiran masyarakat kecil. Borobudur sekadar pajangan yang hanya bisa dilihat dari balik pagar. Kalau mau masuk tinggal berkhayal dan bisa menginjak bebatuan di Borobudur lewat mimpi. 

Tapi jika berpikir lebih jauh mungkin benar maksud LBP, bahwa untuk membatasi siapa yang benar-benar menghargai warisan budaya bangsa yang sudah diakui sebagai destinasi wisata dunia memang harus ada regulasi khusus agar Borobudur bukan hanya tempat wisata murah meriah, tapi merupakan tempat khusus yang harus dilindungi dan dikembalikan ke fungsinya, sebagai tempat ibadah agama Budha sekaligus tonggak sejarah kecerdasan manusia Indonesia di masa lampau.

Yang terjadi saat ini banyak pengunjung petakilan, selfie-selfie, menginjak batu-batu tua dan tidak berpikir bahwa batu-batu itu akan lapuk, dan lama-lama rapuh oleh banyaknya manusia yang menjejak bebatuan yang dengan susah payah dibangun di masa lampau.

Relief-relief Borobudur itu terlalu berharga untuk disentuh oleh tangan-tangan iseng yang merusak nilai bebatuan yang disusun dengan kecerdasan luar biasa oleh para arsitek dan teknisi di masa lampau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun