Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tenaga Honorer Antara Dibutuhkan dan Tidak Butuh?

28 Januari 2022   09:34 Diperbarui: 31 Januari 2022   07:26 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
demonstrasi tenaga honore minta kejelasan masa depan (Sumber: Getty Images via Kompas.com)

Pernahkah menjadi tenaga honorer di sebuah perusahaan? Pernahkah merasakan bagaimana honorer hanya mendapat upah berdasarkan per mata pelajaran atau per jam? Tenaga honorer amat dibutuhkan tapi gaji dan fasilitasnya antara "bumi dan langit" dengan pegawai tetap. Tenaga honorer harus tahan mental agar tidak minder dengan honornya yang kecil di tengah pekerjaan yang kadang menumpuk.

Suka Duka Tenaga Honorer

Saya pernah merasakan menjadi tenaga honorer selama 5 tahun lebih. Pertama kali menjadi guru ganti dengan gaji swasta hanya sekitar 300 ribu tahun 2001, Namun setelah 3 bulan saya mendapatkan jam pelajaran berlebih, jadi honornya cukup untuk posisi saya dulu yang masih jomlo, karena masih bisa numpang di rumah paman saya.

Untungnya waktu itu saya masih mendapat fasilitas THR, dan kadang-kadang bonus yang cukup lumayan. Meskipun honorer tetapi saya sebagai guru bisa nyambi menjadi guru les dan kadang sering membuat tulisan di koran atau majalah. Memang beda sih tenaga honorer, sebab tidak mendapat fasilitas pensiun, masa kerja tidak diperhitungkan.

Saya tidak bisa membayangkan jika tenaga honorer pada pemerintah, terutama guru yang berada di daerah terpencil. Mereka pasti akan lintangpukang mencari tambahan. 

Wong pegawai negeri waktu saya masih kecil, kebetulan kedua orangtua saya PNS kadang habis gajinya untuk cicilan ini itu. Malah yang terjadi hampir setiap bulan minus. 

Untungnya dulu kedua orangtua tinggal di desa masih mempunyai beberapa petak sawah sehingga gaji yang minus itu tertutupi dengan hasil sawah yang bisa dikatakan cukup untuk hidup sebulan.

Peserta calon pegawai negeri sipil mengikuti simulasi tes berbasis komputer (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
Peserta calon pegawai negeri sipil mengikuti simulasi tes berbasis komputer (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
Memang dilema tenaga honorer saat ini, tenaganya begitu dibutuhkan tetapi banyak pegawai negeri seperti tidak rela menyisihkan uangnya untuk menggaji tenaga honorer. 

Banyak PNS sekarang gajinya besar, hidupnya terjamin dan di kantor cukup berleha-leha karena ada tenaga honorer yang bisa diperas tenaganya, sewaktu-waktu.

Pekerjaan honorer itu bisa menggantikan pegawai ketika ada dinas luar, tapi honor setiap bulannya cukup seret sehingga hanya mengharap kemurahan hati PNS yang menyisakan gajinya untuk tenaga honorer.

Butuh Tidak Butuh Tenaga Honorer?

Honorer seperti butuh tidak butuh? Begitulah. Nanti kalau tenaga honorer dihapuskan yang repot pasti PNS yang terbiasa melimpahkan pekerjaan ke tenaga honorer, sementara mereka banyak beralasan minta izin dinas luar. 

Kalau di swasta semasa saya pernah menjadi tenaga honorer, pekerjaan saya sesuai tupoksi dan honor saya hampir setara dengan pegawai tetap karena hitungan per jam pelajaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun