Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Natalius Pigai Menantang, Jokowi dan Ganjar Hanya Tersenyum

5 Oktober 2021   15:49 Diperbarui: 5 Oktober 2021   15:51 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Natalius Pigai. Sumber: manado.tribunnews.com

Natalius Pigai, pasti pernah merasakan gudeg Yogya, merasakan aura pendidikan di Yogyakarta dan pasti pernah kenal dengan orang Yogya dan Jateng. Menurut informasi ia lulusan STPMD APMD kalau menurut pengetahuan saya itu ada di Jalan Timoho Yogyakarta.

Paling tidak ia pernah mengenal budaya Jawa. Sejak masuk ke politik, terutama organisasi semacam HAM, seolah Pigai lupa. Ia besar dari pendidikan di tanah Jawa. Namun melihat sepak terjang saat ini, sepertinya Pigai lagi pegal- pegal dan merasa alergi dengan sosok pemimpin seperti Jokowi dan Ganjar.

Ia menganggap orang Jawa itu sering merampok kekayaan bumi Papua, benarkah? Jawabannya mungkin ya mungkin tidak. 

Orang Jawa itu ada di mana - mana ? bukan hanya di Papua, bukan hanya di Sulawesi, hampir tiap pulau hampir dipastikan banyak orang Jawa terutama dari Jawa Tengah. Kalau Orang padang sebagai pengembara dengan usahanya seperti nasi Padang, pedagang emas. 

Orang Jawa akan selalu ada di setiap kegiatan perdagangan dan pertanian, serta juga pemerintahan. Orang Jawa ada di mana- mana. Mereka yang pernah kenal dengan orang jawa umumnya mengenal orang Jawa sebagai pekerja ulet.

Bayangkan jika Papua singkong hanya diolah sebagai makanan pokok dan tidak ada variasinya, di tangan orang Jawa singkong itu bisa menjadi makanan tambahan, snack, makanan oleh- oleh. S

ingkong bisa diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi. Mungkin terbiasa dalam tekanan, dan mau mencoba apapun sehingga mereka menemukan cara untuk mengolah apapun sumber daya alam menjadi bernilai jual tinggi.

Siapa pernah menyangka Rebung bisa diolah, atau akar bambu bisa menjadi barang kerajinan tangan. Berbagai produk kerajinan bisa diciptakan dengan memanfaatkan sumber daya alam sehingga menjadi industri kreatif. Maka di manapun berada orang Jawa selalu bisa dilihat sebagai pekerja ulet yang pantang menyerah dan selalu menemukan kebaruan.

Ketika Natalius Pigai menganggap bahwa Jokowi dan Ganjar adalah representasi orang Jawa yang bisanya merampok kekayaan alam tanah Papua, apakah Natalius Pigai sadar ia pernah mengambil keuntungan dari keberadaannya hidup di Jawa. 

Menjadi ASN, menjadi pegawai pemerintah dan belajar di komunitas yang mayoritas penduduknya adalah suku Jawa.

Saya sih sebetulnya bukan hendak mempertentangkan keyakinan dan pendapat Pigai yang menggeneralisasikan orang Jawa sebagai perampok kekayaan alam Papua, namun Pigai lupa banyak jasa orang Jawa sehingga orang -- orang seperti Pigai bisa menjadi "orang". Ia pasti belajar dan melihat dinamika kehidupan di Jawa.

Apakah yang selama ini ia rasakan adalah rasisme, sikap intoleran masyarakat Jawa yang menganggap orang Papua terbelakang. Dari balasan Ganjar terlihat bahwa orang Jawa tidak reaksioner, tidak mudah terkena provokasi isu rasis. Jokowi mungkin hanya tersenyum mendengar cuitan Natalius Pigai, demikian juga Ganjar. Dan saya sendiri juga tidak akan meledak ledak mendengar pendapat Pigai yang tendensius menyerang kesukuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun