Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kapan Kalian Bertanding secara Sportif Para Politisi?

4 Agustus 2021   16:14 Diperbarui: 4 Agustus 2021   16:39 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wartaekonomi.co.id/

Sungguh lucu ketika di media sosial para aktivis partai, ketua Partai berlomba berfoto bareng nebeng kesuksesan Greysia Polii dan Rahayu Apriyani yang mendapatkan emas dari cabang bulu tangkis untuk ganda putri di Olimpiade Tokyo 2020. Dengan pose gagah perkasa menampilkan dirinya lebih besar dari pahlawan sebenarnya yang sudah mengharumkan nama bangsa.

Di zaman sekarang nebeng popularitas sering sekali dilakukan oleh para politisi. Mereka pansos sekedar mencari muka rakyat agar wajahnya dikenal. Entah saya pesimis dengan mereka para politisi, siapa saja. Dari partai mana, ya semua partai  tidak kreatif, lebih sering ribet, lebih sering saling jegal. 

Padahal seperti saat ini saat Indonesia tengah cukup terpuruk dengan wabah Covid 19 tidak butuh nyinyiran para politisi dan agresifnya mereka memprotes warna pesawat, atau nyinyiran lain yang menyangsikan keseriusan pemerintah. Bahkan dari kubu partai sendiripun bukannya mendukung tapi malah melontarkan kata pesimis.

Saat ini suara politisi lebih sering hanya dengungan saja. Bukannya merdu tapi malah memekakkan telinga. Bukannya membantu mengurai masalah dan meyakinkan masyarakat untuk mengikuti protokol kesehatan malah kadang bikin repot meminta prioritas penanganan saat terkena wabah dengan layanan Bintang lima.

Wabah dunia ini memang merepotkan, tapi para politisi, masyarakat, pemerintah yang seharusnya kompak mengantisipasi penyebaran covid malah lebih sering berjalan sendiri. Harusnya bersatu padu agar badai cepat berlalu, tapi ada politisi yang memanfaatkan untuk membuka borok pemerintah, ada politisi yang lebih peduli untuk membuat spaduk untuk kepentingan diri sendiri. 

Bukannya lebih elok menyumbangkan langsung biaya promosi dengan pencetakan spanduk dengan aksi nyata terjun langsung membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi.

Tapi namanya rakyat berharap ternyata apa yang diharapkan dari para calon pemimpin itu tidak sesuai dengan gambaran. Apakah masyarakat hanya berharap dari gambar besar yang dipajang di pinggir jalan. Sebagai masyarakat rasanya pesimis dengan beberapa politisi yang lebih sering memanfaatkan situasi hanya sekedar menaikkan popularitas, tetapi manfaat bagi masyarakat tidak ada sama sekali.

Kapan kalian bertanding dengan sportif seperti halnya para atlet yang kalian pajang itu. Saya sih, bukan siapa- siapa, suara saya hanya lirih tertiup angin, hanya seperti desisan yang akan dianggap lalu oleh kalian. Kalau para politisi bisa bertanding secara sportif kalah menang dihadapi dengan ksatria. Hanya saja sikap ksatria itu serasa jauh dimiliki para politisi.

Jadikan politik itu tempat nyaman bersandar masyarakat, Cuma menurut perasaan saya saat ini lebih banyak kegaduhan uang muncul. Kritikanpun terasa tendensius, lebih banyak berupa dendam bukan sportifitas mengakui kelebihan dan kelemahan lawan. 

Tidak elok juga memajang olahragawan yang bercucuran keringat,berlatih, bertanding dari babak penyisihan grup,16 besar, perempat final, semi final sampai final sebagai pendongkrak politisi yang tengah menunjukkan keberadaan dirinya dengan nebeng nama besar pahlawan olah raga tersebut. Ah, terkesan nyinyir ya saya ah biarkan. Itu sentilan, paling juga  hanya dianggap angin lalu.

Politisi Harus belajar dari para olahragawan seperti Greysia/ Apriyani yang benar- benar allout mencurahkan tenaga untuk meraih kemenangan demi kemenangan. Kalau mau menang butuh latihan intensif, kerja keras dan sabar. Tidak bisa langsung menghadirkan keberhasilan, lebih tertuju pada pelatihan, pembinaan sejak dini, pola makan yang terjaga dan fokus dari satu pertandingan demi pertandingan. 

Kalau mau populer, politisi harus menjajagi siapakah yang diperjuangkan untuk menaikkan branding dirinya. Bukan tiba -- tiba ingin terkenal tanpa perlu berdarah- darah. Bukan hanya kuat- kuatan modal uang tapi juga membina ketangguhan diri menghadapi badai kritik yang menerpa.

Kalau mau menghargai pahlawan olah raga, undang saja beri kesempatan para olahragawan itu mempresentasikan bagaimana perjuangan berat untuk mencapai puncak. Kalau kuda- kuda kuat atau pondasi pengetahuan dan dedikasi kuat sebagai politisi kuat maka sebagai pemimpin pasti akan lebih memberikan layanan bukan ingin minta dilayani. 

Kalau hanya masalah warna tidak usah baper hanya karena warnanya diganti. Kalau ingin menjadi pemimpin bukan hanya dinasti yang bisa menjamin politisi menyeruak ke atas, tapi masyarakat lebih menilai dari pribadi dan semangatnya melayani.

Karakteristik masyarakat yang beragam juga memberi tanda untuk politisi, jangan mudah baper dan mencak- mencak bila dikritik. Karena Indonesia multiragam, dengan penduduk dengan banyak suku bangsa juga latar belakang budaya. Kalau ada yang mengkritik dan membuat sentilan dengan kata- kata menyakitkan ya tidak usah diambil hati. Tetap cool dan berusaha menjadi lebih baik.

Ah, siapakah saya, sok menasihati padahal kalau saya jadi politisi trik, dan taktik pasti akan dilakukan untuk bisa bersaing mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Makanya lebih nyaman menjadi penulis bisa menyentil. Senggol sana- senggol sini. Sekali lagi yuk para politisi saatnya bertanding secara sportif. Jadikan Indonesia Persemaian politisi berintegritas. Cieee. Saya lagi mimpi. Tapi siapa tahu. Salam Merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun