Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sound of Music, Merayakan Kecerdasan Manusia di 40 Panil Borobudur

16 Mei 2021   15:53 Diperbarui: 16 Mei 2021   16:00 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah Seniman Indonesia dengan alat musik yang tergambar di panil Borobudur (suara karya.id)

Musik itu adalah sebuah perayaan kecerdasan manusia, suara suara adaptasi alam dan manusia memadukannya menjadi melodi yang indah. Bayangkan siapa yang menciptakan seruling, dari suara berderit, menjadi suara harmoni indah dari suara rendah ke lengkingan tinggi dengan memadukan ingatan dan perasaan manusia.

Lihat panil - panil dalam relief candi Borobudur, Berbagai alat musik dari petik, pukul, tiup, tergambar. Dari alat musik yang mirip gitar zaman sekarang, flute zaman sekarang atau seruling zaman dahulu dengan bahan yang tersedia di alam mulai dari bambu sampai kayu yang merdu suaranya.  

Suara musik bahkan sering terdengar sampai ke telinga manusia meskipun secara kasat mata tidak ditemukan, suaranya terdengar tapi di mana memainkannya kadang menjadi kisah misteri yang susah terselami.Jika pembaca pernah tinggal di Yogyakarta, atau di daerah di Magelang yang berdekatan dengan sungai dan lembah sekitar Merapi, masih sering terdengar suara  suara gamelan yang kalau dicari susah ditemukan.

Manusia dan Kecerdasan Musikal

Dalam perjalanan sejarah, manusia selalu berhubungan dengan musik, sebagai bagian dari perayaan budaya. Pengiring  tari - tarian,  pengatur irama  ritual - ritual keagamaan. Bisa jadi zaman dulu ketika masa pemerintahan wangsa Syailendra berjaya yang berlatar belakang Budha Mahayana,  berbagai alat musik yang tertatah di relief itu menjadi sarana hiburan bagi warga Kerajaan Mataram Lama.

Seruling misalnya dibunyikan sesuai dengan perasaan manusia, bisa merepresentasikan kepedihan, kegembiraan, perasaan kebebasan dan keterkungkungan. Nada - nada dalam alunan musik itu bisa menyatu ketika dengan alam ketika dibunyikan di tengah sawah, di lembah hutan bersama dengan suara desisan alam serta serangga yang hidup dan berkembang di tengah alam.

Alat musik yang terukir di panil Borobudur (kemdikbud.co.id)
Alat musik yang terukir di panil Borobudur (kemdikbud.co.id)
Suara kendang dengan alat bebunyian yang berasal dari kulit hewan atau dalam orkestrasi musik tradisional semacam gamelan adalah pengatur irama, menentukan cepat lambatnya musik. Di Jawa dikenal dengan suwuk, menghentikan dan mempercepat suara musik. Pernahkah bereksperimen menghadirkan musik dengan dedaunan? Manusia yang cerdas dan dikaruniai akal dan rasa bisa menciptakan berbagai alat musik dari kecerdasannya mengadaptasi kekayaan alam.

Untuk itu para seniman dan para pegiat musik mengagumi bagaimana panil panil di Borobudur itu mampu merepresentasikan bahwa Borobudur menjadi barometer musik dunia.  Ini sebuah pesan penting bahwa di Indonesia musik telah menjadi teman, menjadi budaya keseharian, menjadi tanda bahwa manusia sudah mempunyai kecerdasan alami untuk menciptakan alat musik dan memainkannya.

Sama juga ketika manusia bisa merancang, melukis, menatah gambar- gambar kehidupan manusia di candi yang pernah menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia. Jadi berhentilah membuat berita hoaks tanpa dilandasi fakta dibenturkan dengan sebuah isu bahwa Sebenarnya Borobudur itu sudah ada sejak zaman Sulaiman. Mari hargai sejarah dengan mengakui sejarah peradabannya. Kenyataannya Borobudur memang lahir dari masa pemerintahan  Wangsa Syailendra dengan Buddha Mahayana sebagai agama mayoritasnya.

Musik dan Dimensi Spiritualitas Manusia

Sebelum masuknya agama Islam dan Kristen Di Jawa sudah ada jejak budaya yang jauh lebih lama, Masuknya agama Hindu dan Budha kemudian menggali lagi budaya setempat sebelumnya untuk mendekati masyarakat yang dekat antara manusia dan alam semesta. Era animisme dan dinamisme, kepercayaan lama dari Jawa yang mempercayai bahwa setiap benda, setiap pohon itu batu dan sebagainya ada penghuninya, harus diperlakukan sama seperti halnya manusia. Maka dulu ada budaya kenduri, ritual tradisi warisan nenek moyang untuk menghormati alam, memberi sedekah, memberi makan unsur - unsur alam di sekitar manusia seperti pohon besar, batu, tempat yang keramat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun