Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selalu Bersyukur, Meskipun Hidup Terasa Pahit

6 Mei 2021   15:12 Diperbarui: 6 Mei 2021   15:20 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghirup alam, dan menikmati bunga bunga mekar, sebagai wujud rasa Syukur (Art by Drawing pad)

Hanya itulah yang bisa dilakukan manusia yang saat ini masih mendapat kesempatan bekerja dan masih mampu makan meskipun sudah tidak bisa lagi dengan bebas mengunjungi mall untuk sekedar hangout, makan bareng dengan keluarga di Mall, mengunjungi tempat wisata yang semula bebas keluar masuk sekarang harus merasakan pembatasan.

Ini semua karena munculnya wabah Corona, munculnya specimen baru virus yang bisa bermutasi. Sudah dari pertengahan Desember atau awal tahun baru di Wuhan, lalu menjalar hingga hampir seluruh dunia merasakan dahsyatnya penyebaran virus covid 19. Hal pertama yang saya rasakan adalah ketakutan, kecemasan dan was- was. Sudah banyak korban berjatuhan, dari yang megap - megap karena kehabisan oksigen karena saturasinya yang rendah sampai akhirnya ribuan keluarga harus kehilangan orang- orang yang dicintainya, tanpa sempat bersitatap dan bertemu karena pemakamannya harus melalui prosedur ketat dan tidak boleh dilihat lagi. Mereka yang meninggalpun dikubur di tempat khusus. Dengan petugas khusus yang harus memakai baju rapat, baju APD untuk mereka yang bertugas entah dokter, nakes, sopir ambulans sampai petugas pengubur.

Jutaan orang merasa terteror, tidak bisa lagi tenang, bahkan banyak yang kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan berusaha dan akhirnya usaha yang dirintis lama bangkrut dan untuk bangkit lagi susah karena situasi yang masih belum normal untuk kembali bekerja di bidang yang dimauinya.

Yang susah banyak, yang tidak beruntung bejibun, yang semakin malaspun tidak kurang- kurang, yang frustrasi lebih - lebih. Di antara ancaman masif Covid 19, ternyata masih ada saja yang tidak percaya bahwa Covid itu nyata. Ada yang berpikir bahwa itu rekayasa pemerintah, rekayasa politik, hoaks, dan tidak nyata.

Ancaman itu nyata, penyakit itu dekat, kalau kita tidak disiplin, meskipun hanya lupa sebentar ketika imun sedang lemah maka virus mampir, masuk ke tubuh dan merusak sistem kekebalan tubuh, memperparah penyakit bawaan, mengganggu sistem pernafasan.

Sungguh tidak nyaman kena penyakit, sebab imbasnya kita seperti dijauhkan dengan saudara, disingkiri dan dihindari, diisolasi layaknya penyebar penyakit dan pendosa. Beban mental, psikologis dan ketakutan -- ketakutan lain. Ketika terkena vonis positif, bayangan gelap segera menghampiri, rumah sakit memberi warning, ada perjanjian yang membuat takut keluarga. Sebab rumah sakit akan menerangkan tentang resiko terpahit dari penderita covid. Gambaran menakutkan malah menambah kecemasan, berimbas pada beban pikiran.

Hidup itu penuh warna, ada saatnya rencana matang bisa buyar tiba- tiba, apa yang terancang dan sudah matang dipikirkan bisa kembali ke titik nol karena sebuah peristiwa yang tidak pernah diduga. Pahit getir kehidupan itu ujian, dan bersyukur itu solusi. meskipun pada kenyataannya untuk secara tulus bersyukur sungguh tidak mudah. Jadi Mas Bro, Sis sebuah senyuman bisa jadi penawar bagi berbagai kesedihan yang terselip dan susah hilang dari pikiran dan perasaan. Diri sendiri memegang peran penting untuk bisa move on.

Yang menyembuhkan adalah berpikir positif, yakin bisa melewati masa sulit, dan kritis, mengikuti aturan dan makan apa yang disediakan rumah sakit, menghibur diri dengan menikmati musik atau menggambar akan tidak larut dalam kecemasan dan bayangan - bayangan menakutkan.

Kesembuhan adalah anugerah, bersyukur masih bisa bernafas, masih bisa menatap langit biru, menyesap udara. Mengeluh memang wajar, tapi mengeluh saja tidak menyelesaikan masalah. Selain bersyukur manusia harus selalu yakin bahwa Tuhan akan selalu memberi jalan bagi manusia yang mau bekerja keras, mencari peluang dan solusi.

Jonggol,  Kamis, 6 Mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun