Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartini, Literasi, Kesetaraan dan Feodalisme Sumber Keterbelakangan Perempuan

21 April 2021   13:21 Diperbarui: 21 April 2021   13:37 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari surat - surat Kartini yang dikirimkan ke para sahabatnya di Belanda, terbuka tabir bahwa perempuan penulis terlihat tangguh dan pantang menyerah dalam memperjuangkan kaum perempuan di bumi pertiwi untuk bisa duduk sejajar dengan laki- laki. Kartini membuka mata bahwa di balik kepasrahan kaumnya sebenarnya ada sisi lain yang penggugatan pada kedudukan perempuan yang selalu dibawah laki - laki. Itu terjadi karena budaya feodal, budaya di mana perempuan hanya dianggap sebagai konco wingking dalam budaya patriarki Jawa.

Ketika suaminya mengatakan sesuatu ia hanya bisa mengatakan Inggih dan sendiko  dawuh anglampahi, seperti tidak punya kuasa untuk menolak atau membantahnya. Itu karena ada tata krama yang mengatakan pamali perempuan membantah perkataan laki - laki.

Zaman dahulu banyak perempuan tidak berdaya ketika diperlakukan semena- mena, menjadikan mereka hanya budak nafsu seks, hanya menjadi tempat penumpahan rasa. Padahal dalam diri perempuan ada ketangguhan, kecerdasan dan pemikiran mendalam bagaimana mengatasi persoalan yang butuh ketelitian.

Literasi Kartini dan Kebangkitan Kesadaran Kaum Perempuan


Dari surat - surat Kartini terlihat kemampuan literasi Raden Ajeng Kartini yang mumpuni. Kartini yang terbuka, luas wawasannya dan sering mengagetkan dengan pemikiran- pemikirannya yang visioner. Dibalik kesuksesan anak ada andil ibu yang tidak bisa disepelekan. Jadi teringat dengan cuplikan surat kartini kepada Nyonya Abendanon: dari perempuanlah manusia itu pertama- tama menerima pendidikan. Di pangkuan perempuanlah seseorang mulai belajar merasa, berpikir, dan berkata- kata...(Surat Kartini tertanggal 21 Januari 1901 ) Dari tulisan Kartini ia mempertanyakan nasib anak - anak bumi putera yang ibu mereka sama sekali tidak berpendidikan.

Kartini ingin mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia melalui sentuhan seorang ibu yang mempunyai tingkat intelektual tinggi, perempuan yang berwawasan dan berpendidikan. Kartini berusaha membuka kesadaran perempuan untuk tidak selalu tunduk pada nilai - nilai budaya feudal yang menempatkan perempuan hanya sebagai selir dan kanca wingking. Dengan kedudukan setara perempuan dapat bekerja dan menempatkan diri sebagai pemimpin yang berpendidikan, cerdas, meskipun tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan sebagai seorang ibu, seorang yang dilahirkan untuk mendampingi laki- laki saling melengkapi saling membutuhkan.

Kartini terbukti mempunyai kemampuan literasi luar biasa dengan Bahasa Belanda dengan surat- surat yang dialamatkan kepada sahabat penanya rata - rata berasal dari Belanda, Eropa dan beberapa tulisannya masuk surat kabar di sana. Kalau sekarang Kartini hidup ia pasti sudah mengisi kolom - kolom di koran layaknya Yenny Wahid. Alissa Wahid dan anak - anak Gus Dur lain yang terlihat jejak intelektualitasnya dengan seringnya menulis di kolom koran semacam Kompas dan koran nasional lainnya. Di konten blog dominasi perempuan juga terlihat. Mereka tidak kalah dengan laki- laki dalam hal kecerdasannya menuangkan ide menjadi sebuah tulisan yang inspiratif. Dari Kartini muncul pahlawan perempuan lain yang juga aktif dalam memperjuangkan kesetaraan.

Berkat  perempuan tangguh tercetak generasi penerus bangsa yang kuat dan berwawasan

Maka dari surat - surat Kartini yang kemudian digaungkan ke seluruh penjuru dunia lewat penulisan ulang dan pencetakan buku pemikiran Kartini yang terkenal dengan Judul Habis Gelap Terbitlah Terang, muncul sosok perempuan kuat yang menjadi pilar kemajuan bangsa. Banyak hadir perempuan yang berpendidikan tinggi sampai tingkat doktoral, perempuan penerbang, perempuan yang menjadi menteri, direktur, manager, pengusaha.

Sekarang editor, konten kreator, Youtuber, Penulis novel, Penulis buku motivator sudah diisi oleh kaum perempuan yang potensial dan mempunyai bakat serta ketekunan luar biasa. Bahkan di ketika diadakan penelitian kecil - kecilan bila ditanyakan tentang fokus belajar maka perempuanlah yang lebih fokus, lebih tekun, lebih serius belajar dibandingkan laki - laki. Di antara banyaknya keponakan saya yang tekun belajar dan berprestasi akademik hampir semuanya di dominasi perempuan.  Sedangkan yang laki - laki lebih sibuk bermain entah main game maupun yang bersifat petualangan. Yang laki - laki jarang membaca yang perempuan banyak yang tekun membaca dan belajar.

Kartini yang di masanya termasuk kalangan bangsawan memang diuntungkan dengan statusnya, sebab banyak perempuan biasa yang tidak berasal dari keluarga bangsawan mengalami keterbelakangan dalam hal pendidikan. Mereka sebatas sebagai kanca wingking dan seorang ibu yang sebatas menyusui dan membesarkan anak.

Kesetaraan dan Cara Kartini Mendobrak Hegemoni Laki - laki


 Kartini dengan surat  suratnya berusaha mendobrak hegemoni budaya feudal yang menempatkan perempuan selalu dibawah laki - laki. Kesetaraan, emansipasi Kartini baru terasa sesudah lepas dari penjajahan, setelah manusia Indonesia mulai sadar pentingnya ilmu pengetahuan dan pelan - pelan perempuan mulai bergerak naik untuk mensejajarkan diri dengan lelaki di segala bidang pekerjaan, bahkan perempuan yang bekerja sebagai ojek online sudah mulai banyak, perempuan sopir transjakarta sudah banyak.

Semoga kaum perempuan yang telah dibukakan kesadarannya untuk belajar, bekerja dan meningkatkan taraf intelektualnya sama dengan laki - laki tetap bisa memberi keseimbangan dan menyadari bahwa kodrat sebagai seorang perempuan adalah pendamping sejajar dan setara, mereka mempunyai peran  masing masing sehingga muncul perasaan saling menghargai berdiri sejajar yang mempunyai hak dan kewajiban sama sebagai manusia. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun