Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Semakin Berat Beban Jokowi Akibat Penumpang Gelap "Si Raja Tega"

27 Maret 2020   22:26 Diperbarui: 27 Maret 2020   22:28 5866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ternate.tribunnews.com

Saya yang melihat sebagai masyarakat merasa kasihan pada Pak Presiden. Sebegitu semangatnya bekerja, sebegitu tulusnya mengabdi masih banyak nyinyiran datang. 

Kata- kata nyinyirannya menohok bahkan ada Si Raja Tega berani mengolok- olok dan nyinyir pada Presiden Jokowi saat dalam kedukaan, saat orang tua Presiden wafat.

Hatimu terbuat dari apa penumpang gelap,  " Si Raja Tega"(Kalau cewek ya si ratu tega hehehe). Bukannya ucapan simpati dan pernyataan turut berduka. 

Yang ada malah mengejek dan menduga macam- macam di balik wafatnya ibundanya. Untungnya Jokowi tidak pernah membalas, tidak ada niatan menculik dan menjebloskan para "tukang nyinyir itu masuk bui". 

Negeri ini memang tidak kurang dari penerus si raja tega. Apalagi menjadi para penumpang gelap masalah. Banyak yang mempunyai prinsip sedih bila orang lain senang, senang bila orang lain terlihat bahagia. Benci ketika orang lain sukses dan sangat senang ketika orang lain tertimpa masalah dan terpuruk.

Bagaimana negara bisa maju bila untuk sukses saja mesti harus berkelahi dengan saudara sendiri, harus mengorbankan kebahagiaan orang lain demi kesenangan diri sendiri. 

Okelah masih manusia, masih banyak kekurangan dalam diri manusia, maka ketika ada yang salah dan terlihat terjebak dalam kebencian,permusuhan maka ada yang bahagia karena merasa senasib sepenganggungan.

Jokowi mungkin hanya tersenyum bila dihina, ia tidak pernah membalas dan tidak ada niat menjerat penghina untuk masuk bui. 

Hanya kapan masyarakat bisa maju bila alat berteknologi tinggi bernama handphone dan sejumlah paket data dan beberapa platform media sosial digunakan untuk menebarkan ujaran kebencian, meneror dan membuat orang sengsara.

Di mana letak keluhuran budi manusia yang katanya sudah diajarkan akhlak sejak balita, diberi pelajaran agama sejak kecil, sudah hapal luar biasa ayat- ayat di Kitab Suci. Rasanya percuma jika ajaran agama hanya bisa dihapal, tetapi tidak pernah diterapkan. 

Jokowi sudah mengamalkannya, sudah melaksanakannya, sudah memberi contoh tanpa menggurui dan kata- kata yang "sok baik". Jokowi hanya jujur pada dirinya, tidak pernah memoles diri menjadi orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun