Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengambil Hikmah dari Kompasianival 2019

25 November 2019   04:05 Diperbarui: 25 November 2019   04:26 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nara Sumber yang Menarik sebagai gong Kompasianival 2019, Hanif Dhakiri dan Ignatius Jonan. Bisa menjadi inspirator perubahan yang dikenang terus (dokumen pribadi)

One Belpark Mall di Kawasan Fatmawati Jakarta Selatan menjadi saksi dari penyelenggaraan Kompasianival 2019. Saya mengenal jalan ke arah Pondok Labu ini dengan baik jadi tidak banyak kesulitan mencari alamatnya.

Sebelum hadir Mal di tempat ini pusat perbelanjaan yang paling ramai hanyalah Toserba Aneka Buana sekitar 200 meter dari pasar Pondok Labu yang sering macet.

Sebetulnya Mal ini tidak terlalu ramai, masih kalah dengan Citos (CIlandak Town Square) yang ada  di pinggir Tol TB Simatupang. Masuk ke Mal ini sebetulnya saya mbatin Mengapa Kompas dan Kompasiana memilih tempat ini. Apakah mampu menarik kompasianer datang karena letaknya cukup jauh dari kota, susah dijangkau juga bagi yang berdomisili di Bekasi, Cikarang, Tangerang.

Jika dari Lebak bulus sebelum ada stasiun MRT, Ketika masih ada terminal lebak bulus sekali naik angkot jurusan Lebak Bulus Pondok Labu. Dari Blok M bisa naik Metro Mini Jurusan Blok M Pondok Labu.

Saya yakin para kompasianer akan menggunakan jasa ojol mungkin dari TB Simatupang juga bisa turun dari Stasiun MRT Fatmawati. Dari Stasiun kurang lebih hanya 1 kilo.

Saya sendiri karena pengin cepat lebih memilih membawa mobil sendiri karena dari Cengkareng ke Pondok Labu lebih cepat lewat tol masuk dari Rawa Buaya keluar melewati jalan Lingkar Luar arah Pondok Indah.

Jika tidak sedang macet bisa ditempuh kurang dari setengah jam saja. Jika berangkatnya siang maka perjalanan tersendat di ruas tol dari arah Bintaro, Tanah Kusir sampai Pondok Indah.

Setelah Registrasi saya mulai tengak tengok ke kiri dan ke kanan siapa yang saya kenal lewat komunikasi online dan mengikuti dan membaca artikel- artikel para Kompasianer. Rupanya di Kompasianer saya lebih dikenal dengan nama Pakdhe Jenggot.

Di Kompasianival 2019 ini ternyata berlangsung seru. Area Kompasianival memungkinkan untuk berinteraksi seru. Mereka  cukup konyol. Ketemu dengan Admin CLICK mbak Muthiah Alhasani yang lebih dikenal sebagai penulis yang sering menulis tentang Turki, disamping menulis tentang perjalanan dengan moda umum semacam KRL dan MRT.

Bincang santai berlangsung mulai jam 12.30. Di Kompasianival ini rasanya saya seperti selebriti yang sering diajak selfie- selfie dengan para Kompasianer. Saya sendiri adalah penghuni Kompasiana yang boleh dikatakan senior karena saya tercatat bergabung sejak Januari 2010 atau tepatnya mulai menulis sejak 28 Januari 2010 ketika Pak Prayitno Ramelan, Omjay (Wijaya Kusuma), dan Kang Pepih Nugraha masih aktif sebagai COO Kompasiana.

Kali ini banyak Kompasianer muda yang hadir saya hampir tidak mengenal mereka tetapi ternyata banyak teman- teman yang aktif saya langsung tahu saya dari rekam jejak tulisan saya. Sebutlah Mas Arief, Mas Ajinata, Topik Irawan, Pak Dokter Posma Siahaan, Yos Mo, Mas Rahab Ganedra yang sibuk selfie dan meliput dengan video. 

Semakin sore semakin banyak kompasianer yang saya kenal termasuk Pak Isson Chairul yang biasanya selalu bersama pak Thamrin Sonata yang sudah dipanggil Tuhan.Pak Thamrin yang gagah besar tetapi ramah tidak bersama lagi, sedih juga.

Yang cukup kaget adalah sosok Pak Ajinata yang hanya dikenal lewat foto dan tulisannya yang gahar jika menulis politik. Agak bingung tetapi kemudian baru ngeh ketika memanggilnya

"Hallo Pak Aji apa kabar.."

Sebelumnya saya mendengarnya halo pak Haji apa kabar. Ah dasar kebanyakan bengong jadi saya sering telmi dan baru ngeh setelah diberi tahu. Selain ketemu Pak Ajinata, perjumpaan pertama kali pada pak Almizan, dan Mbak Leya Catleya yang jago menulis. Tulisannya hampir semuanya Headline, jadi meskipun saya cukup senior sebagai anggota Kompasiana saya serasa bukan apa -- apa.

Untungnya mereka para kompasianer adalah pribadi- pribadi yang mempunyai keluasan berpikir jadi meskipun banyak kompasianer jago jago menulis tetapi kebersamaan, kekompakan luar biasa. Baru kali ini saya mengenal cukup banyak Kompasianer. Ada Yos Mo, Gatot Swandito, Adica Wirawan, Yonathan Christanto, Bung Edhi "manstap" Priyatna, Edhi Supriyatna Syafei, Riap Windu, Mbak Yayat yang top jika sudah menulis tentang Moto GP terutama tentang Valentino Rossi.

Saya ketemu juga dengan Bung Thurneysen Simanjuntak sang Jagoan dalam lomba menulis. Sudah banyak yang ia terima dari lomba penulisan. Selain Beberapa penulis yang sering saya baca tulisannya wow sekali ketika bertemu Latifah Maurinta.

Dengan Segala keterbatasannya ia hadir dan membuat Kompasiana lebih berwarna, Juga Yose Revela yang dalam suasana bising ia bisa dengan bebas curhat. Tentang masalah kehidupan, percintaan dan minatnya pada dunia literasi.

Bersama Bang Edhi Priyatna di depan both Komik dengan buku kumpulan artikel para kompasianeKompasiana (Dokumen pribadi)
Bersama Bang Edhi Priyatna di depan both Komik dengan buku kumpulan artikel para kompasianeKompasiana (Dokumen pribadi)
Saya ketemu dengan penulis -- penulis yang hebat yang mempunyai kekhasan sendiri dalam hal menulis. Sang Pujangga penulis puisi dan cerpen bertebaran. Sebut Saja Mas Mim Yudiarto. Mereka mempunyai spesifik bahasan yang membuat bisa masuk dalam kandidat kompasianer terpilih dan mendapat apresiasi dari kiprahnya selama menulis di Kompasiana.

Spesifikasi, passion pada berbagai topik yang berbeda dari para Kompasianer membuat anggota Kompasianer terus berkembang dalam pengetahuan dan ilmu yang ditulis setiap hari di Kompasiana. Salut juga kepada mbak Ari Budiyanti yang bisa belum setahun sudah bisa menulis lebih dari 500 karya di Kompasiana. Ngebut saya istilahkan.

Nara Sumber Kompasianival 2019 Ivan Lanin dan Dita Raharja (dokumen pribadi)
Nara Sumber Kompasianival 2019 Ivan Lanin dan Dita Raharja (dokumen pribadi)
Yang seru adalah Mas Agung Handoyo, dan Bos madyang alias Rahab Ganendra.  Di Kompasianival rasanya seperti menjadi selebriti dadakan gara- gara sering diajak selfi dan banyak yang kenal. Ajang kopi darat adalah ajang kangen- kangenan. Saya datang jam 12 tepat namun rasanya waktu seperti berjalan cepat.

Setelah mendengarkan sharing dari Narasumber seperti Pakar Bahasa Ivan Lanin, Dita Raharjo, Bos J & T, Tsamara Amany politikus muda yang energik dan Jubir Gerindra Mbak Saraswati Rahayu yang tangkas bila sedang bicara. Dengan kriminolog, influencer dan konten kreator Maman Suherman saya sempat foto bareng.

Meskipun sambil lalu pembicara telah memberi wawasan baru tentang dunia media sosial, saya yang anggota kompasiana tentu saja boleh dikatakan tidak jauh jauh dari gadget dan aktifitas media sosial.

Yang sempat saya catat dalam pikiran adalah ketika Mas Gemi dari Kompas menerangkan tentang tipe pekerja Vick dan Growt. Tipe Vick biasanya kurang bisa mengikuti perubahan sedangkan yang bertipe growt adalah pembelajar yang selalu tertantang untuk belajar belajar dan belajar, tidak takut menerima tantangan dan proyek baru yang belum pernah dikerjakannya.

Saya ingin bertekat meskipun umur beranjak senja tetapi sebagai Kompasianer yang senang menulis maka harus selalu belajar baik dari yang muda maupun yang senior untuk selalu memperbaiki kualitas menulis dengan mencoba berkembang dalam berpikir dan berkreasi.

Hikmah dari kopi darat dengan para penulis itu paling tidak sedikit mengetahui rahasia sukses dalam menulis. Saya sebetulnya bukan orang yang gaul, dalam keseharian termasuk yang agak pendiam, apalagi pada orang yang belum saya kenal.

Cuma di Kompasiana saya seperti masuk arus aura para penulis yang memang pada kangen ingin saling berbagi renjana, berbagi pengetahuan meskipun hanya sedikit. Yang cantik tidak pelit bersama selfie. Yang kurang menjadi PD yang tua dan tinggal beberapa gelintir yang bisa kumpul seperti Pak Dian Kelana, Bang Isson Chairul tetap bisa berbaur.

Cukup berkesan Reunite di One Belpark Mall. Semoga Kompasiana yang berusia 11 tahun dan Kompasianer setia  bisa saling saling bersinergi. Boleh usul nih tulisan -- tulisan spesifik dari Kompasianer bisa mendapat mediasi yang baik sehingga bisa diterbitkan menjadi buku. Bagus bisa kerjasama dengan penerbitan Kompas Gramedia. 

Jadi ingat perkataan Pramoedya Ananta Toer: Menulis adalah adalah bekerja untuk keabadian. Sampai jumpa di Kompasiana berikutnya maaf jika dalam tulisan ini saya banyak lupa beberapa Nama Kompasiana. Bukan berarti saya sombong tetapi memang kadang -- kadang ketika mengingat seseorang malah muncul opsi untuk mengingatnya.

Semoga ke depan para Kompasianer mampu membranding diri dengan passion tulisannya yang mampu memberi sumbangsih bagi kemajuan bangsa yang bergerak cepat dengan membangun konten kreatif . Kompasiana yang mulai diperhitungkan sebagai "Beyond Blogging "lebih dari sekedar ngeblog mampu memberi kontribusi positif bagi dunia literasi tanah air. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun